IBI: Kondisi Pasar Finansial Dalam Negeri Masih Rapuh
IBI melihat kondisi pasar finansial Indonesia akan tertekan jika rencana Bank Sentral AS terkait penghentian stimulus benar direalisasikan.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ikatan Bankir Indonesia (IBI) melihat kondisi pasar finasial Indonesia akan tertekan jika rencana Bank Sentral Amerika Serikat (AS) terkait penghentian stimulus dan kenaikan suku bunga benar akan direalisasikan.
Dengan kondisi tersebut, maka pemerintah perlu mewaspadainya agar kondisi dalam negeri tetap stabil.
"Risiko global terbesar adalah rencana The Fed yang akan menghentikan quantitative easing serta menaikkan bunga acuan The Fed pada 2015," kata Ketua IBI Zulkifli Zaini di Jakarta, Kamis (11/12/2014).
Dampak yang timbul dari realisasi tersebut, kata Zulkifli, seperti pelemahan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS dan membuat laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menuju ke zona merah. Sebab, nantinya akan terjadi pembalikan dana asing atau keluar dari Indonesia.
Dia mengatakan, dalam menjaga kondisi tetap stabil maka diperlukan tindakan pemanfaatan potensi yang disertai reformasi fiskal dan struktural. Dengan begitu, maka dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
"Indonesia masih memiliki potensi mendorong perekonomian. Pasalnya pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di bawah 7 persen," tuturnya.