Emang Ada Beras 'Siluman'?
Mereka berharap pemerintah segera turun tangan untuk melakukan upaya menstabilkan harga.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah pedagang dan pembeli di Pasar Induk Beras Cipinang, Jatinegara, Jakarta Timur mengaku tidak mengetahui adanya permainan beras "siluman" seperti dikemukakan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel.
Para pedagang ini justru mengeluhkan tingginya harga beras dalam beberapa pekan terakhir. Karena itu pula, mereka berharap pemerintah segera turun tangan untuk melakukan upaya menstabilkan harga.
"Saya beli yang Cap Kerang itu sekarung isi 25 kilo harganya Rp 275 ribu tanggal 2 Februari kemarin. Sekarang naik jadi Rp 290 ribu ukuran yang sama," tutur Tawadi yang ditemui saat menawar beras di Toko Haji Ilyas, Los D, Pasar Induk Beras Cipinang, Minggu (22/2/2015).
Pengecer beras itu mengaku bingung, hendak menjual dengan harga berapa kepada pembeli langganannya jika harga beli di pasar induk saja sudah tinggi. "Soalnya saya memasok koperasi juga, kalau harga naik dikit, saya yang kena komplain," imbuhnya.
Kelik, pengecer beras lainnya yang juga tengah berbelanja di toko itu juga kebingungan dengan tingginya harga beras. Pengecer asal Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan itu mengaku empat hari lalu membeli jenis beras kualitas rendah, dengan harga Rp 485 ribu per setengah kuintal.
Harga beras tersebut semula hanya Rp 465 ribu setengah bulan lalu. Menurut Kelik, pembeli langganannya tidak lagi mempedulikan kualitas beras asal harganya terjangkau. "Kalau di hitung per kilo, jatuhnya jadi Rp9.700, karena dijual per liter, harganya saya kasih Rp9.000. Alhamdulillah empat hari habis terjual dua karung," tuturnya.
Halim, anak pemilik toko Haji Ilyas mengatakan, beras Cap Kerang adalah jenis beras IR-64 kualitas sedang. Saat ini, harga jual beras kualitas tersebut mencapai Rp 11.600 per kilogram. Sudah sekitar tiga pekan ini naik terus harganya setiap hari. Semula harga beras kualitas itu Rp 10.800 per kilo.
Halim menyatakan, semua jenis beras konsumi saat ini naik harga. Karena permintaan konsumen, kata dia, dirinya terpaksa mencampur jenis beras agar harganya bisa terjangkau oleh pembeli. "Misalnya beras menir, itu yang paling murah, Rp 9.900 sekilo. Beras menir itu beras campuran antara beras bagus dengan beras yang tidak utuh. Komposisinya sekitar 3:1 lah. Sebelumnya, nggak pernah kami jual beras begitu, tapi konsumen maunya murah," bebernya. (Harian Warta Kota)