Kinerja Buruk, Program Quick Wins Garuda Tidak Berjalan Maksimal
Analis menilai PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) tidak dapat melaksanakan efisiensi secara baik.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis menilai PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) tidak dapat melaksanakan efisiensi secara baik. Hal itu tercermin dari kerugian yang diderita Garuda hingga 373,04 juta dolar AS, atau setara dengan Rp 4,84 triliun (kurs Rp 13.000 per dolar) pada 2014.
Analis Pefindo, Guntur Tri Hariyanto, mengatakan program efisiensi yang dimaksud yaitu Quick Wins. Program tersebut baru diluncurkan oleh Direktur Utama GIAA Arif Wibowo. Program tersebut merupakan program jangka pendek untuk memperbaiki kondisi keuangan perseroan.
Menurutnya, dengan program tersebut para manajemen mendorong kenaikan pendapatan dan melakukan efisiensi untuk menekan biaya, terutama biaya operasional. Dimana, perseroan menargetkan efisiensi hingga mencapai Rp 4 triliun.
"Data laporan keuangan audit 2014 yang baru saja keluar, tidak menggambarkan keberhasilan program tersebut," kata Guntur kepada Tribunnews.com, Jakarta, Jumat (20/3/2015).
Dengan berkaca pada kinerja 2014, kata Guntur, maka yang perlu mendapat perhatian dalam program Quick Wins seperti penghematan biaya bahan bakar, biaya pemeliharaan dan perbaikan, suku cadang, biaya sewa, dan lainnya. "Semua beban tersebut naik signifikan pada laporan keuangan 2014," ucapnya.
Dengan kondisi keuangan yang masih tertekan. Saham GIAA pun diprediksi hingga semester pertama 2015 belum bisa naik di atas level Rp 600 per saham. "Saham GIAA masih akan cenderung di level 500-550 hingga semester pertama tahun ini. Saham ini masih diuntungkan oleh rendahnya harga minyak," tuturnya.
Seperti diketahui, Garuda saat ini membawa program Quick Wins melalui tiga strategi utama, seperti peningkatan revenue generator, restrukturisasi cost driver, dan kegiatan reprofiling khususnya terhadap semua fasilitas pembiayaan komersial.
Pada penutupan perdagangan hari ini, saham GIAA melemah 20 poin atau 3,85 persen menjadi 500 per saham. Pada penutupan sesi pertama, saham GIAA sudah melemah 10 poin menjadi 510 per saham, dan mulai sesi dua kembali melemah 15 poin menjadi Rp 505 per saham.