Telan Kerugian Hingga 373 Juta dolar AS, Ini Alasan Garuda
kinerja keuangan perseroan pada 2014 dipengaruhi oleh industri penerbangan yang tertekan, baik lokal maupun internasional.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menilai kondisi industri penerbangan pada tahun lalu yang kurang kondusif, membuat perseroan menelan kerugian 373,04 juta dolar AS, atau setara dengan Rp 4,84 triliun (kurs Rp 13.000 per dolar AS).
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia, Ari Askhara Danadiputra, mengatakan kinerja keuangan perseroan pada 2014 dipengaruhi oleh industri penerbangan yang tertekan, baik lokal maupun internasional.
Menurutnya, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, harga bahan bakar yang sebelumnya sempat mencapai harga tertinggi, dan aspek regulator yang kurang kondusif terhadap industri penerbangan. Telah memberikan dampak yang luar biasa terhadap kinerja Garuda.
"Selain itu, kinerja keuangan Garuda juga dipengaruhi adanya impairment loss yang dialami perusahaan sebesar 113,5 juta dolar AS dari proses early termination, re-evaluasi aset, serta investasi di perusahaan penerbangan Merpati Nusantara Airline dan Gapura Angkasa," kata Ari dalam keterangan resminya, Jakarta, Jumat (20/3/2015).
Pada perdagangan siang ini pada sesi dua, saham GIAA kembali melemah 15 poin atau 2,88 persen menjadi Rp 505 per saham. Pada penutupan sesi pertama, saham GIAA telah melemah 10 poin atau 1,92 persen menjadi Rp 510 per saham.