Jababeka Tawarkan Tanjung Lesung Marina
Pengembang PT Jababeka Tbk melalui anak usaha PT Banten West Java (BWJ), memperkenalkan proyek terbaru bertajuk Tanjung Lesung Marina
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengembang PT Jababeka Tbk melalui anak usaha PT Banten West Java (BWJ), memperkenalkan proyek terbaru bertajuk Tanjung Lesung Marina senilai 100 juta dollar AS atau ekuivalen dengan Rp 1,3 triliun.
Proyek ini menempati lahan seluas lebih kurang lima hektar di area pengembangan Tanjung Lesung, Banten.
Presiden Direktur PT Jababeka Tbk., Setyono Djuandi Darmono, mengatakan, Tanjung Lesung Marina merupakan fasilitas akomodasi yang dirancang dengan konsep bed and breakfast dengan pasar sasaran kalangan pensiunan.
"Ceruk pasar ini sangat besar, dan potensial. Terutama retirement market dari mancanegara. Tanjung Lesung Marina kami tujukan untuk mereka, terutama pasar yang berasal dari Jepang," tutur Darmono kepada Kompas.com, Senin (6/4/2015).
Darmono menjelaskan, BWJ akan mengembangkan 100 hotel Tanjung Lesung Marina yang merupakan bagian dari rencana 530 unit hotel berkonsep bed and breakfast. Sementara, secara keseluruhan, total kebutuhan hotel dalam area pengembangan kawasan Tanjung Lesung sebanyak 12.000 unit.
"Kami memasarkan Tanjung Lesung Marina dengan harga perdana Rp 10 miliar per unit hotel. Masing-masing hotel terdiri atas 4 kamar, 8 kamar sampai 10 kamar dengan patokan uang muka senilai Rp 3 miliar," terang Darmono.
Ada pun dimensi masing-masing hotel bed and breakfast Tanjung Lesung Marina sekitar 500 meter persegi untuk lahan, dan 350 meter persegi.
Infrastruktur pendukung
Disebutkan Darmono, tingginya kebutuhan hotel di kawasan Tanjung Lesung mengacu pada tingkat okupansi seratus persen setiap libur akhir pekan, atau hari libur Nasional, sementara di sisi lain, pasokan hotel sangat terbatas.
Oleh karena itu, BWJ menerapkan strategi tourism, trade and investment (TTI), sejalan dengan dukungan pemerintah menjadikan Tanjung Lesung sebagai destinasi pariwisata tingkat dunia.
"Jika sektor pariwisata sudah berjalan dengan baik, maka terjadi transaksi perdagangan. Jika perdagangan sudah hidup, akan menarik minat investasi. Ini yang kami lakukan untuk kawasan Tanjung Lesung," tutur Darmono.
Darmono menuturkan, kendati sudah dikembangkan sejak 24 tahun lalu dan telah ditetapkan secara resmi sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui PP Nomor 26 tahun 2012, Tanjung Lesung yang seluas 1.500 hektar, belum sepopuler kawasan pariwisata lainnya di Indonesia. Sebut saja Bali, atau Lombok.
Dia tak menampik bahwa keunggulan Bali, dan Lombok terletak pada kondisi infrastruktur yang memadai serta kelengkapan fasilitas penunjang lainnya. Untuk itu, BWJ selaku pengembang, dan pengelola kawasan, membuka kesempatan seluas-luasnya bagi investor untuk ikut bersama-sama mengembangkan Tanjung Lesung.
Level investasi yang ditawarkan berupa kerjasama pengembangan dengan skema kepemilikan saham sebesar 49 persen, kerjasama sub-pengembangan di mana para investor menjadi pengembang di dalam kawasan Tanjung Lesung, dan kerjasama operasional di mana investor membuka berbagai jenis properti mulai hunian, pusat belanja, kantor, hotel, kondotel, hiburan, dan lain sebagainya.
"Untuk sektor infrastruktur, kami telah mendapat dukungan dan komitmen pemerintah berupa pembangunan jalan tol menuju Tanjung Lesung. Saat ini tengah dilakukan studi dan riset oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Akhir tahun kami harapkan sudah dimulai pembangunannya," timpal Assistant Site Director BWJ, M Saprudin.
Selain jalan tol, BWJ juga telah membangun landasan pesawat kecil (airstrip) sepanjang 1,2 kilometer yang secara resmi akan dioperasikan pada akhir 2015. Untuk membangun airstrip ini BWJ menggelontorkan dana sekitar Rp 20 miliar.
"Kami sudah berbicara dengan Garuda Indonesia untuk membuka rute ke Tanjung Lesung untuk pesawat pariwisata berkapasitas 24 orang penumpang. Sebelumnya kami sudah berbicara dengan Susi Air, namun belum mencapai kata sepakat," imbuh Darmono.
Marina
Tak hanya itu, BWJ juga menggandeng PT Pengembangan Pelabuhan Indonesia (PPI) untuk merealisasikan pembangunan pelabuhan Marina Tanjung Lesung yang diklaim terbesar se-Asia Tenggara. Proyek infrastruktur pendukung seluas 100 hektar ini diperkirakan menelan dana sekitar 50 juta dollar AS (Rp 650 miliar).
"Saat ini progres Marina Tanjung Lesung baru pengembangan jalan sekitar 40 persen. Sisa 60 persen lainnya akan kami tawarkan kepada para investor dengan harga lahan mencapai Rp 5 juta per meter persegi," buka Darmono.
Dikatakan Direktur Utama PT Pengembangan Pelabuhan Indonesia (PPI), Dani Rusli Utama, selain mengandalkan penjualan lahan kepada investor, PPI juga akan melakukan pencarian pendanaan dari sumber lain.
"Kami berharap, kawasan ini akan berkembang dan menjadi destinasi unggulan. Jika Marina terbangun efek ikutannya akan sangat besar bagi perekonomian kawasan, maupun provinsi Banten," tandas Dani.
Pengembangan Marina Tanjung Lesung ini terbagi dalam empat kawasan yakni area untuk yacht activity, marina district center, marina water, dan cruise marina district.(Hilda B Alexander)