Larangan Ekspor Rumput Laut Bisa Hilangkan Devisa
Asosiasi Rumput Laut Indonesia melihat potensi lahan untuk pengembangan rumput laut di Indonesia demikian luas.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) melihat potensi lahan untuk pengembangan rumput laut di Indonesia demikian luas dan dapat berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja.
Namun di sisi lain, isu pelarangan ekspor dan bea keluar ekspor rumput laut dinilai ARLI dapat menghambat pelaku usaha untuk mengembangkan bisnis di sektor itu.
"Indonesia merupakan salah satu eksportir terbesar rumput laut dan produksi kita memang banyak. Hanya saja, bila kita bisa mengekspornya kenapa harus dihambat dengan bea keluar? Pelarangan ekspor bisa berimbas pada penyerapan tenaga kerja dan berkurangnya pendapatan masyarakat," ujar Ketua ARLI, Safari Azis dalam keterangan resminya, Jakarta, akhir pekan ini.
Menurut dia, kebutuhan rumput laut bagi industri Indonesia masih dapat terpenuhi karena penyerapannya masih kecil. Sehingga produksi rumput laut yang berlebih bisa diekspor ke berbagai negara.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan pada 2013 produksi nasional rumput laut sedikitnya mencapai 930.000 ton kering. Jumlah yang diekspor mencapai 176.000 ton kering dengan nilai 162,4 juta dolar AS. Sementara jumlah yang diolah lebih kecil yakni hanya mencapai 120.000 ton kering.
"Kami mendukung upaya hilirisasi oleh pemerintah, hanya saja kami juga mengharapkan agar program hilirisasi itu bisa dipersiapkan dengan matang. Salah satunya adalah dengan meningkatkan daya saing industri nasional, penyerapan teknologi, investasi hingga akses pasarnya," papar Safari.
Lebih jauh Safari mengatakan, jika industri dalam negeri tidak dapat bersaing dengan industri luar, efesiensi dan produktivitasnya harus ditingkatkan. Pihaknya juga meminta agar pemerintah tidak menjadikan program hilirisasi sebagai alasan utama dibalik pengenaan larangan ekspor dan bea keluar untuk rumput laut.
"Untung ruginya harus dihitung dengan cermat. Jangan sampai potensi devisa hilang begitu saja sementara lahan dan calon tenaga kerja masih banyak," tuturnya.