Atasi 5 Persoalan Industri Batu Mulia, Ini 3 Terobosan Kemenperin
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melihat dalam mengembangkan industri batu mulia di Indonesia
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melihat dalam mengembangkan industri batu mulia di Indonesia, terdapat lima tantangan dan permasalahan yang dihadapinya.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, tantangan dan permasalahan yang pertama yaitu batu mulia Indonesia belum diakui oleh dunia internasional, karena belum adanya lembaga sertifikasi perhiasan di Indonesia yang diakui oleh dunia internasional.
"Akibatnya, nilai jual batu mulia Indonesia menjadi tidak kompetitif," kata Saleh dalam keterangan resminya, Jakarta, Selasa (26/5/2017) malam.
Persoalan kedua, kata Saleh, cadangan bahan baku batu mulia Indonesia diekspor dalam bentuk mentahan dengan harga murah. Ketiga, yaitu masalah cutting atau pemotongan batu mulia yang belum sepenuhnya dikuasai olen pengrajin batu mulia Indonesia.
"Keempat pnerapan teknologi dengan penggunaan mesin dan peralatan yang modern dalam teknik proses produksi masih sangat minim karena keterbatasan modal investasi, dan kelima, mulai banyaknya bermunculan laboratorium gemology yang dimiliki oleh bangsa lain," tutur Saleh.
Oleh karena itu, mengingat potensi dan peluang industri batu mulia di Indonesia yang sangat besar. Saleh menilai, perlu dilakukan upaya-upaya terobosan untuk meminimalisasi permasalahan yang dihadapi.
Adapun langkah terobosan yang Kemenperin lakukan, kata Saleh, pertama dengan membentuk lembaga sertifikasi yang terstandar secara internasional sehingga dapat menerbitkan sertifikat batu mulia Indonesia yang diakui oleh dunia internasional.
Kedua, melakukan pelatihan dalam rangka peningkatan kemampuan sumber daya manusia baik di bidang desain, cutting batu mulia, serta penerapan teknologi terkini. "Dan ketiga membuat kajian mendalam tentang potensi batu mulia Indonesia sehingga masyarakat dunia dapat lebih mengenal dan memahami batu mulia asal Indonesia," ujarnya.
Lebih jauh Saleh mengatakan, pada saat ini Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Kecil dan Menengah (IKM) telah memberikan berbagai macam insentif guna menumbuhkan industri batu mulia, seperti memberikan bantuan mesin dan peralatan pada sentra-sentra batu mulia, memberikan pelatihan peningkatan SDM, memberikan pendampingan tenaga ahli di bidang desain dan cutting, dan memberikan fasilitasi pameran baik di dalam maupun di luar negeri.
Di sisi lain, adanya Pendirian Asosiasi Batu Mulia Indonesia (ABAMI) yang sudah diresmikan Menperin pada hari kemarin. Dirinya berharap, ABAMI dapat menjadi partner semua kementerian terkait untuk memetakan potensi batu mulia.
"Selain itu juga dapat membuat strategi yang komprehensif dalam industri batu mulia sehingga setiap pemangku kepentingan memahami perannya masing-masing," ucapnya.
Menurut Saleh, batu mulia yang selalu dirangkai dengan perhiasan emas dan perak sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Sehingga, penggunaan batu mulian sekarang sudah menjadi bagian dari gaya hidup.
Dapat disampaikan, kegiatan usaha perhiasan di Indonesia semakin berkembang. Saat ini, jumlah perusahaan yang bergerak pada industri perhiasan mencapai 36.636 unit dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 332.802 orang dengan nilai produksi sebesar Rp 11,15 triliun.
Bahkan dengan kondisi ekonomi dunia saat ini, tidak berpengaruh besar terhadap permintaan ekspor perhiasan di Indonesia. Itu terlihat dari nilai ekspor perhiasan dan permata sebagai komoditi yang terus memberikan nilai positif pada nilai ekspor non migas setiap bulannya. Pada Maret 2015, nilai ekspor perhiasan dan permata mencapai 538,4 juta dolar AS atau meningkat sebesar 24,15 persen dibandingkan Februari 2015.