Industri Farmasi Terkena Imbas Pelemahan Rupiah
Nilai tukar rupiah masih dalam tren penurunan. Sejak awal tahun, rupiah telah terdepresiasi 16,17 persen ke posisi Rp 14.452.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah masih dalam tren penurunan. Sejak awal tahun, rupiah telah terdepresiasi 16,17 persen ke posisi Rp 14.452.
Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menilai kinerja emiten farmasi akan terbebani hingga akhir tahun. “Biaya bahan baku naik karena mereka banyak impor,” sebut Kiswoyo.
Ia memperkirakan bahwa pendapatan industri farmasi akan terkikis sekitar 3 persen sampai 5 persen. Lalu karena kenaikan beban bahan baku, labanya bisa turun 5 persen sampai 7 persen di tahun ini.
Kiswoyo menilai para emiten tak bisa mengerek harga jualnya terlalu tinggi. Dengan kondisi pelemahan daya beli, penjualan emiten farmasi turut terancam.
Di antara beberapa emiten farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kiswoyo menyarankan lirik PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Ia merekomendasikan hold KLBF dengan target harga Rp 1.600.