Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

DPR: Paket Kebijakan Ekonomi Tidak Mujarab

Paket tersebut belum memberikan solusi permasalah di perekonomian negara baik jangka pendek, menengah, maupun panjang.

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in DPR: Paket Kebijakan Ekonomi Tidak Mujarab
/BIRO PERS
Presiden Joko Widodo memimpin Rapat Terbatas (Ratas) tentang Foreign Direct Investment (FDI) yang dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan menteri-menteri terkait, di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (16/9/2015). TRIBUNNEWS/BIRO PERS 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR RI Aria Bima mengaku paket kebijakan ekonomi yang baru dikeluarkan belum ada dampak positifnya saat ini. Menurut Aria paket tersebut belum memberikan solusi permasalah di perekonomian negara baik jangka pendek, menengah, maupun panjang.

"Problem faktual belum teratasi, problem menengah dan jangka panjang, ramuan cespleng belum ketemu," ujar Aria di Jakarta, Sabtu (19/9/2015).

Aria menilai pengusaha di dalam negeri menjadi takut melakukan bisnisnya karena paket kebijakan yang belum terlihat dampaknya dari pemerintah. Menurut Aria para pelaku usaha mempunyai dua pilihan saat ini, bersiap melakukan ekspansi atau berhenti melakukan usahanya.

"Kalangan pengusaha sekarang ini ancang-ancang, melihat sebagai oportunity, atau berhenti sekalian," papar Aria.

Aria mengaku selama 11 tahun jadi anggota DPR, belum pernah menemukan situasi perekonomian yang begitu rumit saat ini. Pasalnya dari sektor makro sampai mikro ekonomi terkena imbas akibat pelemahan ekonomi global, sampai anjloknya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar AS.

"Sangat luar biasa kompleksitas, makro ekonomi mikro ekonomi, daya saing kita juga menurun," papar Aria.

Politisi PDIP ini menilai solusi utama membangkitkan perekonomian negara dengan fokus pada komoditas konsumsi yang banyak dibutuhkan masyarakat saat ini. Aria berharap dengan menggenjot perindustrian, bisa mendorong produksi dan daya beli masyarakat yang selama ini masih banyak mengimpor barang konsumsi.

Berita Rekomendasi

"Kita defisit tapi harus genjot komoditas primer, walaupun manufaktur belum mampu bersaing," kata Aria.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas