Investor Listrik Tidak Harus Selalu dari Tiongkok
Iwa Garniwa menilai semua investor mempunyai kesempatan yang sama dalam melakukan bisnis di sektor kelistrikan.
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Kelistrikan dari Universitas Indonesia Iwa Garniwa menilai semua investor mempunyai kesempatan yang sama dalam melakukan bisnis di sektor kelistrikan.
Karena hal itu, Iwa mengimbau pemerintah tidak harus selalu memilih Tiongkok sebagai investor utama membangun proyek 35 ribu megawatt meski menang lewat tender.
"Mengapa harus Tiongkok, harusnya sama, semua punya kesempatan sama," ujar Iwa, di Jakarta, Senin (5/10/2015).
Iwa menegaskan pembangkit listrik yang dibangun Tiongkok tidak boleh kualitasnya jelek atau dikenal dengan istilah 'KW' dua. Menurut Iwa, investasi pembangkit listrik bisa mencapai triliunan dolar AS, karena itu jangan sampai mutu pembangkitnya tidak sesuai dengan yang dibayarkan.
"Di pembangkit listrik tidak boleh ada istilahnya 'KW' dua," ungkap Iwa.
Iwa berpendapat meski investasi sebuah pembangkit listrik ada yang murah, namun kualitasnya harus optimal terutama dalam mendistribusikan kelistrikan untuk rumah tangga. Apalagi, kata Iwa penggunaan pembangkit listrik bisa mencapai 30 tahun lamanya.
"Pembangkit listrik itu biaya bisa digunakan sampai 30 tahun. Tidak boleh karena harga murah jadinya KW 2," ungkap Iwa.
Iwa menambahkan Tiongkok bisa mendapat banyak proyek tender dari Indonesia, karena berani mengambil resiko dalam berbisnis.
"Mungkin Tiongkok berani mengambil resiko, saya tidak bilang Tiongkok jelek," kata Iwa.