Bisnis Impor Gula Masih Moncer
Sebagaimana diketahui, industri makanan dan minuman diproyeksikan tumbuh 7,4 persen tahun ini.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kebutuhan impor gula mentah alias raw sugar bakal naik tahun ini. Kenaikan impor menyusul naiknya kebutuhan gula industri makanan dan minuman.
Sebagaimana diketahui, industri makanan dan minuman diproyeksikan tumbuh 7,4 persen tahun ini.
Pertumbuhan industri pengisi perut inilah yang mendongkrak kebutuhan gula mentah yang dipenuhi dengan cara impor.
Adhi Lukman, pengurus Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) menilai, kebutuhan impor gula mentah industri makanan dan minuman tahun ini naik 3,2 persen menjadi 3,2 juta ton dari kuota impor tahun lalu 3,1 juta ton.
Adapun sumber kenaikan kebutuhan gula mentah dari pelaku industri makanan dan minuman itu menyusul adanya proyeksi perbaikan kondisi ekonomi tahun ini. "Ekonomi tahun 2016 sudah ada tanda kestabilan," kata Adhi ke KONTAN Selasa (12/1/2016).
Ia menyebut berjalannya proyek infrastruktur serta turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) menjadi stimulus positif untuk mendongkrak daya beli untuk makanan dan minuman.
"Kami berharap, ada pertumbuhan penjualan makanan dan minuman secara volume," terang Adhi.
Perlu diketahui, gula mentah yang diimpor, terlebih dahulu oleh industri gula rafinasi. Setelah itu baru dikirim ke pabrik makanan dan minuman.
Dari 3,2 juta ton kuota gula mentah yang diimpor tersebut, usai diolah akan menjadi 3 juta ton gula rafinasi.
Dalam laporan GAPMMI, kebutuhan gula industri makanan dan minuman naik drastis pada periode 2011 sampai dengan 2014. Pada periode tersebut, kebutuhan gula mentah rata-rata naik 8 persen per tahun.
Meski ada perlambatan pertumbuhan kebutuhan gula mentah di tahun 2015, namun memasuki tahun 2016 kebutuhan gula mentah kembali membaik.
Kondisi ini didukung oleh ekspansi dan masuknya investor baru di industri makanan dan minuman.
Adhi menyatakan, realisasi investasi industri makanan dan minuman pada tahun 2015 lalu mencapai Rp 19 triliun. Investasi baru ini akan menambah kebutuhan gula mentah untuk sektor industri makanan dan minuman.
Selain itu, investor atau perusahaan makanan dan minuman yang sudah ada, juga rajin melakukan ekspansi untuk mendongkrak penjualan. Salah satu perusahaan pelanggan gula adalah, PT Kalbe Farma Tbk.
Tahun ini, Kalbe Farma menargetkan pertumbuhan bisnis makanan dan minuman 20 persen-25 persen. "Meskipun lini usaha kami ini masih baru, namun prospeknya besar," ujar Vidjongtius, Direktur PT Kalbe Farma. (Revita Rita Rani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.