Ekonomi Dunia Makin Suram
Resesi global akan terjadi andai pertumbuhan ekonomi global di bawah 2,5 persen.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masa depan ekonomi dunia makin suram. Jatuhnya harga minyak mentah hingga ke level 20-an dollar AS per barel akan mempercepat ekonomi dunia ke ambang resesi.
Kemarin, lembaga keuangan raksasa dari Amerika Serikat (AS), Morgan Stanley, merilis angka kenaikan probabilitas resesi global ke level 20 persen. Resesi global akan terjadi andai pertumbuhan ekonomi global di bawah 2,5 persen.
"Angka 2,5 persen menjadi area berbahaya. Secara historis, produk domestik bruto per kapita akan negatif," kata Elfa Bartsch, Wakil Kepala Ekonom Global Morgan Stanley seperti dilansir Reuters, Rabu (20/1/2016).
Nah, Morgan Stanley menyebutkan sejumlah faktor pemicu resesi. Misalnya, pelemahan konsumsi AS dan Jepang akibat jatuhnya harga minyak dan harga komoditas, serta tekanan hebat terhadap ekonomi China akibat arus modal keluar dari negara itu.
Sebagai catatan, kemarin, International Monetary Fund (IMF) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia. Proyeksi IMF, tahun ini ekonomi dunia hanya tumbuh 3,4 persen, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 3,6 persen.
Tahun depan, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 3,6 persen dari sebelumnya 3,8 persen. IMF memberi catatan khusus bagi ekonomi Rusia dan Brasil. Ekonomi dua negara itu berpeluang minus, terburuk dalam beberapa dekade terakhir.
Yang terang, proyeksi Morgan Stanley memperkuat prediksi Societe Generale, awal pekan ini. Menurut bank asal Prancis itu, peluang terjadinya resesi global sekitar 10 persen.
Kendati dinilai mulai pulih, ekonomi AS dinilai paling rawan. Riset terbaru CNBC Fed Survei menyebutkan, probabilitas resesi AS saat ini berada di kisaran 28,8 persen, tertinggi sejak tahun 2011.
Menurut Nomura Research Institute dari Jepang, ekonomi AS juga berpotensi melambat.
Pengamat ekonomi, Adrian Panggabean menyatakan, tanda-tanda resesi sudah terlihat sejak tahun lalu. Salah satu indikasinya, perdagangan dunia turun, serta pelambatan pertumbuhan ekonomi sejumlah negara penggerak ekonomi dunia seperti China, Brasil, Rusia dan India.
Ekonomi Indonesia akan terseret efek resesi dunia. Oleh karena itu, Muhammad Chatib Basri, ekonom dan mantan Menteri Keuangan, menyarankan supaya pemerintah memperkuat ekonomi domestik dan menjaga daya beli. Caranya adalah dengan menjaga inflasi dan kembali memangkas bunga bank.(Christine Novita Nababan, Yuwono Triatmodjo)