Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pertamina Bangun Sistem Melalui ISC 2.0

PT Pertamina (Persero) akan melanjutkan mekanisme pengadaan minyak mentah dan produk minyak melalui ISC 2.0.

Editor: Sanusi
zoom-in Pertamina Bangun Sistem Melalui ISC 2.0
www.pertamina.com
Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah berhasil menjalankan Intregated Supply Chain (ISC) 1.0 dengan total efisiensi 208 juta dolar AS, PT Pertamina (Persero) akan melanjutkan mekanisme pengadaan minyak mentah dan produk minyak melalui ISC 2.0.

Hasto Wibowo, Vice President Crude&Product Trading&Commercial Pertamina, mengatakan jika pada ISC 1.0, lebih banyak melakukan renegosiasi trading agar mendapatkan harga yang efisien, maka pada ISC 2.0 Pertamina membangun sistem.

"Sistem ini bergerak tidak hanya dari apakah ada kesesuaian spesifikasi kilang tapi juga economic value serta juga membangun capability orang yang ada di dalamnya" kata Hasto, kemarin.

Menurut Hasto, saat ini ISC 2.0 sedang melakukan tender, mekanismenya dengan mengundang mitra kerja selama dua tahun ke belakang. Pertamina mengundang sekitar 60-80 peserta tender. Semakin banyak peserta peluang mendapatkan harga kompetitif juga semakin baik.

"Proses screening dilaksanakan dengan tujuan untuk mengawasi dan menyaring mana peserta tender mana yang mumpuni," katanya.

Transformasi ISC adalah bagian dari upaya meningkatkan efisiensi dan memperkuat transparansi pengadaan minyak mentah dan produk minyak yang selalu menjadi perhatian publik.

Pertamina mengundang daftar mitra usaha terseleksi (DMUT) untuk terlibat dalam pengadaan minyak mentah dan produk BBM. Penetapan DMUT juga cukup ketat karena harus memenuhi sejumlah kualifikasi tertentu seperti detail bisnis perusahaan, detail laporan keuangan, detail bank, dan lain-lain.

Berita Rekomendasi

Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan ISC dapat melakukan sentralisasi pengadaan crude oil dengan efisien. Itu sudah dibuktikan dengan mencapai angka efisiensi 208 juta dolar AS. "Nah pada ISC 2.0 harus bisa memaksimalkan potensi yang sudah didapatkan dengan membuat sistem yang baik" kata Wianda.

Pertamina menargetkan efisiensi melalui ISC 2.0 bisa mencapai 100 juta dolar AS, lebih rendah dibandingkan realisasi efisiensi yang diperoleh melalui ISC 1.0. "Nilainya memang harus menurun karena itu berarti efisiensi berhasil. Semakin maju tahun nilainya akan semakin menurun," tutur Wianda.

Nilai efisiensi tersebut diharapkan diraih dari beberapa strategic initiatives, meliputi maksimalisasi pembelian minyak mentah domestik, efisiensi dalam kegiatan pengadaan minyak mentah, BBM, dan LPG, pemrosesan minyak mentah di kilang luar negeri, dan sourcing minyak mentah, kondensat, BBM, dan LPG dari beberapa negara dalam kerangka G to G.

Pada 2016, permintaan gasoline diperkirakan mencapai 164,6 juta barel adapun gasoil sebesar 171,1 juta barel dalam setahun. Adapun permintaan LPG diperkirakan bisa mencapai 7,45 juta MT.

Sepanjang 2015 nilai minyak mentah dan produk minyak yang dikelola oleh ISC mencapai US$27,41 miliar, di mana 14,85 miliar dolar AS merupakan minyak mentah dan 12,56 miliar dolar AS berupa produk.
Pada tahun lalu, ISC melakukan transformasi pada fase 1.0 melalui lima program strategis, yaitu memotong perantara dari rantai suplai, peningkatan pemanfaatan dan fleksibilitas dari armada laut Pertamina, pemberian kesempatan yang sama dan adil untuk semua peserta pengadaan, penerapan proses evaluasi penawaran yang transparan dan mengurangi biaya dengan menerapkan pembayaran telegraphic transfer (TT).

“ISC juga telah mengurangi porsi pembelian secara spot, terutama untuk produk Premium yang seluruhnya melalui kontrak term, Solar dan LPG masing-masing 96 persen kontrak term, Avtur 86 persen. Adapun, untuk minyak mentah volume pengadaan melalui kontrak term meningkat menjadi 70 persen dari sebelumnya 60 persen. Pada intinya, apapun upaya yang bisa dilakukan dan sesuai dengan kaidah-kaidah dan best practices yang ada akan kami lakukan untuk mencapai efisiensi berapa sen dolar pun yang bisa diperoleh,” ungkap Wianda.

Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, mengatakan pencapaian efisiensi Pertamina tidak hanya positif bagi perusahaan, namun juga bagi bangsa dan negara. Ke depan, tantangan Pertamina adalah konsistensi mempertahankan kinerja positif tersebut.

"Tantangan yang dihadapi Pertamina, baik di internal maupun eksternal kan juga tidak mudah," tandas Komaidi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas