Cara Mudah Menjelajahi Informasi di Internet Lewat Kurio
Melalui penciptaan Kurio, David ingin mendukung budaya baca masyarakat memanfaatkan jaringan internet.
Editor: Choirul Arifin
Booming teknologi informasi ini tak ayal turut memicu banjir informasi. Aneka ragam informasi dan berita dari semua sudut dunia, bisa terakses di internet.
Tapi, saking banyak sumber berita dan informasi membuat kita jadi repot jika harus menjelajah situs-situs yang memuat konten sesuai minat kita. Fakta ini membuka peluang bisnis baru bagi David Wayne Ika, dengan meluncurkan Kurio.
David Wayne Ika, pendiri sekaligus Chief Executive Officer Kurio mengatakan, jaringan internet yang meluas seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mendukung peningkatan daya baca atau literasi masyarakat.
Namun sayangnya, pemakaian internet orang Indonesia masih banyak berkutat di aplikasi chatting, media sosial, bermain game, dan memutar video.
“Padahal, internet lahir agar akses terhadap segala bentuk informasi dan pengetahuan menjadi tak terbatas,” kata dia.
Melalui penciptaan Kurio, David ingin mendukung budaya baca masyarakat memanfaatkan jaringan internet. Kurio menjadi pool atau keranjang berisi aneka berita dan informasi dari beragam sumber.
Pengguna bisa mengatur isinya dengan konten sesuai minat, hingga serasa memiliki majalah pribadi. “Kurio bukan sekadar wadah berisi berita-berita, melainkan memuat semua jenis informasi yang layak diakses,” kata dia.
Nama Kurio diambil dari kata dalam bahasa Inggris curiousity yang berarti keingintahuan. Bersama tim kecil di Merah Putih Inc., David menggodok cikal bakal Kurio lebih serius di akhir 2013.
Begitu prototipe aplikasi sudah jadi, barulah David bersama kawan-kawannya menawarkan Kurio ke modal ventura. David bertemu dengan CyberAgent Ventures. Modal ventura asal Jepang itu sudah banyak bekerjasama dengan startup e-commerce, seperti Tokopedia, Bilna, Harukaedu, dan lain-lain.
Singkat cerita, investor setuju mengucurkan sekitar US$ 900.000 untuk membangun Kurio. Dana itu mereka alokasikan untuk merekrut tim dan membangun infrastruktur Kurio. “Kami mengirim email kerjasama pada banyak online publisher untuk menampilkan konten di Kurio,” kata David.
Bila Anda cermati, keranjang konten (content aggregator) yang ditawarkan Kurio ini bukanlah hal yang sama sekali baru. Ada beberapa aplikasi yang mirip-mirip, seperti Flipboard, Zite, Smartnews, Scoop, Baca, dan lain sebagainya.
Apa keunikan Kurio bila dibandingkan aplikasi lain yang serupa? Kurio, menurut David, sudah pasti memiliki visi dan misi yang berbeda. “Fokus kami adalah agar pengguna membaca yang penting saja,” kata David.
Dus, ketika ada konten dari publisher yang tidak sesuai dengan standar Kurio, konten tersebut tidak akan dimunculkan.
“Kami tidak mengedit konten, tapi bila ada yang kurang sesuai kami memilih tidak menampilkan,” jelas dia.
Konten yang tampil di Kurio tidak melulu berita. Kontennya bisa berupa artikel tentang lifestyle, kesehatan, travel dan lain-lain.
Kurio yang memakai lambang kipas ini kini tampil dengan 14 tema kanal, mulai dari lifestyle, bisnis, self improvement, hingga kanal religion and spirituality.
Sejak meluncur tahun lalu, jumlah penyedia konten yang digandeng oleh Kurio kini telah mencapai 200 publishers. Jumlah unduhan aplikasi ini, kata David, sekarang telah mencapai 600.000 unduhan. Selaku rintisan, Kurio memfokuskan tahun ini untuk menaikkan jumlah pengguna. “Tahun ini target kami adalah 2 juta pengunduh Kurio,” tandas David.
Maret lalu Kurio mendapat suntikan dana segar dari Gunosy Inc., perusahaan pengembang aplikasi serupa yang besar di Jepang.
Nilai suntikan dana dari Gunosy untuk Kurio mencapai US$ 5 juta. Dengan dana itu, Gunosy kini menguasai sekitar 40 persen saham Kurio.
Dana segar itu akan mereka manfaatkan untuk investasi di infrastruktur Kurio, biaya pemasaran termasuk beriklan di site online maupun offline. Juga, rekrutmen sumber daya manusia. David menceritakan, sejatinya ada beberapa modal ventura yang bertemu dengan Kurio dalam lawatan ke Jepang beberapa waktu lalu.
Namun, akhirnya pilihan jatuh pada Gunosy. Gunosy mereka nilai menawarkan banyak kelebihan dibanding pemodal lain karena bermain di ranah serupa.
“Kami bisa mendapatkan transfer pengetahuan dari mereka tentang serba-serbi pengembangan usaha ini,” jelas David.
Gunosy hanya membutuhkan waktu 3,5 tahun sejak berdiri hingga kini menjadi perusahaan publik melalui initial public offering.
Kolaborasi Kurio dengan Gunosy mengerek target-target startup ini. Tahun ini, mereka menargetkan terjadi unduhan hingga 2 juta unduhan. Adapun dalam tiga hingga empat tahun mendatang,
Kurio menargetkan, satu dari empat pengguna smartphone di Indonesia memakai aplikasi tersebut. Kurio juga menargetkan bisa berekspansi ke dua hingga tiga negara di kawasan Asia Tenggara dalam tiga tahun mendatang.
Bagi pendapatan
Kurio sempat terpilih mengikuti Google Launchpad Aggregator di Amerika Serikat, beberapa waktu lalu. David menuturkan, ajang tersebut memberi tim Kurio banyak bekal untuk mengembangkan rintisan ini menjadi perusahaan yang profitable.
“Setiap bulan, kami juga menggelar video conference dengan Google untuk membahas perkembangan,” ujar David.
Sejauh ini, selaku startup, pendapatan memang belum dibukukan oleh Kurio. Namun, beberapa strategi mengeduk pendapatan sudah mereka kantongi.
Pertama, melalui iklan. Sejatinya, cara ini adalah jalur utama sebuah aplikasi untuk mendapatkan pendapatan. Semakin banyak diakses pengguna, pengiklan tentu bakal tertarik memasang advertising.
Namun, sampai saat ini, Kurio belum membuka diri untuk pemasangan iklan. “Hingga akhir tahun ini, kami belum fokus ke sana karena masih sibuk pengembangan produk,” kata David.
Kedua, monetisasi data. Traffic pengguna adalah data yang bisa dimanfaatkan untuk beragam tujuan, mulai keperluan data bagi pengiklan hingga bagi pegiat e-commerce lain yang memerlukan.
Kelak, ketika Kurio telah mulai mencetak pendapatan, menurut David, para publisher penyuplai konten Kurio akan mendapatkan bagian pendapatan.
Reporter Ruisa Khoiriyah
Editor S.S. Kurniawan