Agen Pemegang Merek Siap Perbanyak Varian Kendaraan Diesel
sepanjang Pertamina dapat menyediakan solar yang sesuai standard Euro 4 dan distribusi yang bisa tersebar di seluruh Indonesia, APM siap merakit
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang sesuai standar internasional dan distribusi yang menjangkau seluruh Indonesia akan mendorong Agen Pemegang Merek (APM) untuk merakit dan memasarkan kendaraan bermesin diesel secara lebih massif.
Sudirman MR, Pembina III Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), mengatakan sepanjang Pertamina dapat menyediakan solar yang sesuai standar Euro 4 dan distribusi yang bisa tersebar di seluruh Indonesia, APM siap merakit dan memasarkan kendaraan bermesin diesel.
“Prinsipal sudah siap semua. Bahkan, di luar negeri juga makin banyak yang beralih ke diesel,” ungkap Sudirman di Jakarta, Senin (9/5/2016).
Menurut dia, negara tetangga saja juga sudah jauh lebih besar pangsa pasar kendaraan bermesin diesel dibandingkan kendaraan bermesin bensin.
Sementara di Indonesia, pangsa pasarnya baru 20 persen.
“Itu pun hanya kendaraan komersial, seperti truk, bus dan angkutan umum saja,” kata Sudirman.
Saat ini Pertamina memasarkan tiga jenis solar untuk kendaraan bermesin diesel, yakni biosolar, Dexlite dan
Pertamina Dex.
Biosolar memiliki cetane number 48 dan sulfur content maksimal 3.000 ppm. Dexlite memiliki cetane number
minimal 51 dan sulfur content maksimal 1.200 ppm.
Sedangkan, jenis tertinggi untuk solar adalah Pertamina Dex yang memiliki cetane number 53 dan sulfur content maksimal 300 ppm.
Semakin tinggi angka cetane number, maka kualitas bahan bakar juga semakin baik.
Sementara itu, semakin kecil angka sulfur content, emisi gas buang juga semakin ramah lingkungan.
Namun karena harganya paling murah dengan subsidipemerintah, biosolar tercatat memiliki konsumsi paling besar.
Apalagi sebelum Dexlite dipasarkan mulai April 2016, harga biosolar dan Pertamina Dex terpaut cukup jauh.
“Selain sebagai bahan bakar alternatif yang berada di antara solar bersubsidi dan Pertamina Dex, Dexlite juga disiapkan untuk proses transisi menuju Euro 4,” kata Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communition Pertamina di Jakarta, Senin (9/5/2016).
Istilah Euro adalah standar emisi kendaraan bermotor di Eropa yang juga diadopsi beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia.
Penerapan standar emisi tersebut diikuti dengan peningkatan kualitas BBM. Saat ini, Indonesia masih menggunakan Euro 2.
Ketentuan tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 141/2003 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru sejak 2007.
Saat ini Pertamina secara perlahan akan menyesuaikan dengan kebijakan pemerintah dan spesifikasi kendaraan yang semakin canggih.
Menurut Wianda, kehadiran Dexlite diharapkan dapat menjadi alternatif bahan bakar dengan kualitas lebih baik dari biosolar dan harga yang lebih murah dibanding Pertamina Dex.
Dexlite diklaim cocok untuk kendaraan bermesin diesel dengan teknologi common rail, seperti Chevrolet Captiva, Chevrolet Colorado, Hyundai H-1 CRDI, Isuzu D-Max, Isuzu Elf, Kia Pregio, Kia Carnival, Mitsubishi Triton, Nissan Frontier, Peugeot XUD9, Renault Duster, Tata Aria, Toyota Fortuner non VNT, Toyota Innova Diesel, Toyota Hiace Pick-Up/Double Cabin, dan Toyota Hiace.
Komaidi Notonegero, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, mengatakan khusus untuk sektor transportasi memang selama ini banyak didominasi konsumsi gasoline.
Untuk solar, konsumsinya lebih dominan di sektor angkutan barang dan transportasi umum, seperti bus.
“Selain sektor transportasi, konsumen utama solar adalah sektor industri,” tandasnya.