Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Daging Sapi Tembus Rp 150 Ribu Per Kg, IKAPPI Imbau Pedagang Tidak Aji Mumpung

"Kalau pun ada yang Rp 150 ribu ya itu wajar karena pagi ya, kalau siang mereka turun harganya karena memang agak berbeda harga jualnya."

Penulis: Yurike Budiman
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Daging Sapi Tembus Rp 150 Ribu Per Kg, IKAPPI Imbau Pedagang Tidak Aji Mumpung
Warta Kota/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Pedagang daging sapi tengah menunggu pembeli di Pasar Inpres Senen, Jakarta Pusat, Kamis (21/1/2016). Warta Kota/angga bhagya nugraha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA  - Memasuki bulan Ramadhan, beberapa komoditas pangan mengalami lonjakan harga yang cukup signifikan, salah satunya daging sapi.

Seperti di Pasar Sunter Hijau, Sunter, Jakarta Utara, harga daging sapi mencapai Rp 150 ribu per kilogram.

"Sekarang Rp 150 ribu per kilo untuk daging has, kalau daging buat sop Rp 115 ribu. Belum naik lagi malah," ujar Alex, salah satu pedagang sapi ditemui Tribunnews.com, Sabtu (4/6/2016).

Ia juga membandingkan di luar Jakarta harga daging bisa lebih dari harga yang dibandrolnya. Menurutnya, rencana kuota impor Presiden yang menginginkan harga daging Rp 80 ribu per kilo saat Ramadhan tidak akan terlaksana.

"Di Bandung saja bisa Rp 160 ribu. Kalau Presiden mau jadiin Rp 80 ribu, bohong kali. Daging impor beku aja sekarang Rp 90 ribu," ujarnya.

Terkait kenaikan harga tersebut, Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Tradisional (Ikappi) Abdullah Mansuri mengimbau agar pasar tidak menaikkan harga secara sepihak.

"Selama ini masih stabil tinggi belum ada penurunan. Daging sapi itu rata-rata Rp 120-135 ribu. Memang ini perlu kita imbau ya agar seluruh pasar tidak menaikkan sepihak tapi gejolak ini memang agak sulit dihindari karena memang kita ngambilnya juga udah tinggi," ujar Mansur saat dihubungi Tribunnews.com.

Berita Rekomendasi

Namun, menurutnya, harga Rp 150 ribu hal yang wajar.

"Kalau pun ada yang Rp 150 ribu ya itu wajar karena pagi ya,  kalau siang mereka turun harganya karena memang agak berbeda harga jualnya," tutur Mansur.

Terkait wacana kuota impor, Mansur mengaku pihaknya belum mengetahui cara yang diambil pemerintah untuk mengimplementasikan hal tersebut.

"Kita belum tahu wacana kuota impor 10 ribu ton itu rencana mulainya bagaimana, yang pasti kita ikuti terus dan memang ada potensi untuk penurunan," ungkapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas