Lebarannya Sudah Selesai, Mengapa Harga Sayur Masih Tinggi?
Imbas dari Lebaran masih dirasakan hingga kini, salah satunya adalah kenaikan sejumlah harga sayuran di pasar ataupun pedagang sayur keliling.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lebaran telah berlalu, warga Ibukota pun sudah kembali kepada rutinitasnya.
Namun, imbas dari Lebaran masih dirasakan hingga kini, salah satunya adalah kenaikan sejumlah harga sayuran di pasar ataupun pedagang sayur keliling.
Kenaikan harga sayuran tersebut seperti yang dikeluhkan oleh Etjih (55) warga Bendungan Hilir, Tanah Abang pada Selasa (19/7/2016).
Dirinya mengaku kebingungan lantaran harga sayuran seperti kentang dan wortel naik hingga dua kali lipat dibandingkan hari biasa, sebelum lebaran.
"Harga kentang sekarang masih Rp 20.000 sekilo, kalo wortel masih Rp 18.000 sekilo. Padahal kalo hari biasa itu kentang paling mahal Rp 10.000 sekilo, kalo wortel juga paling Rp 8.000 sekilo. Ini udah lewat Lebaran masih aja mahal," keluhnya kepada tukang sayur keliling.
Etjih mengaku paham dan menurutnya wajar bila harga kebutuhan pokok termasuk sayuran naik jelang dan selama Lebaran.
Tetapi kini dirinya kebingungan lantaran harga sayuran tetap tinggi, walaupun sudah turun dibandingkan Lebaran.
"Kalo Lebaran ya wajar, orang-orang pada mudik, kentang sekilo waktu kemarin (Lebaran-red) bisa Rp 30.000, wortel Rp 25.000 sekilo. Sayuran yang lain juga sama, rata-rata naik tiga kali lipat, tapi sekarang kenapa mahal," ungkap Iis (50) tetangga Etjih menimpali.
Dirinya berharap jika pemerintah dapat melakukan pengawasan terkait tingginya harga sayuran saat ini. Sebab diyakininya terdapat sejumlah oknum yang memanfaatkan momen Lebaran untuk menaikkan harga sayuran.
"Kalo saya kira ini ada yang maenin harganya, kok bisa sih jadi mahal. Mana tengah bulan, gajian masih jauh," celotehnya sembari menawar sayuran kepada Joni (55) pedagang sayur keliling di Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat.