Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Stok Menipis, Harga Daging Sapi Kembali Meroket

“Sekarang yang terjadi justru barang lebih banyak, namun harga daging sapi tetap tinggi.”

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Stok Menipis, Harga Daging Sapi Kembali Meroket
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Pedagang daging sapi melayani pembeli di Pasar Cihaurgeulis, Jalan Surapati, Kota Bandung, Senin (4/7/2016). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Merosotnya populasi sapi dalam negeri saat ini dituding menjadi salah satu penyebab tingginya harga daging sapi saat ini.

Berbagai kebijakan pemerintah belum efektif mestabilkan harga daging sapi di kisaran Rp 75-80 ribu seperti keinginan Presiden Joko Widodo.

Pengamat Peternakan IPB Yeka Hendra Fatika menilai pangkal utama meroketnya harga daging sapi saat ini disebabkan merosotnya populasi sapi dalam negeri, sementara kebutuhan masyarakat terus meningkat.

“Masalah utamanya itu di hulu bukan di hilir, segera lakukan perbaikan pembibitan nasional,” ujar Yeka dalam forum diskusi ekonomi Forum Komunikasi Wartawan Ekonomi Makro (Forkem), di Jakarta Jumat (29/7/2016).

Founder Bincang-Bincang Agribisnis (BBA) ini mengatakan, dikeluarkannya paket kebijakan ekonomi yang mengatur Peraturan Pemerintah (PP) No.4/2016 tentang pemasukan hewan dan produk ternak melalui zona based, kemudian pencabutan kuota impor.

Menurut Yeka pemasukan barang sampah produk ternak semisal jeroan hanya membuat pelaku usaha sapi dalam negeri gundah gulana.

“Seharusnya regulasi pemerintah bisa menentramkan, bukan sebaliknya,” ucap Yeka.

BERITA TERKAIT

Yeka menyatakan, persoalan tingginya harga daging sapi nasional harus dicermati secara bijak oleh pemerintah khususnya Kementerian Pertanian.

Kebiasaan masyarakat Indonesia yang lebih doyan membeli daging sapi segar, menyebaban gelontoran daging impor beku dari luar negeri tidak begitu diminati dan kurang berpengaruh terhadap penurunan harga daging.

“Sekarang yang terjadi justru barang lebih banyak, namun harga daging sapi tetap tinggi,” papar Yeka.

Ia menilai, kenaikan harga daging sapi juga tidak bisa distabilkan dengan jeroan impor. Konsumsi jeroan seperti hati hanya agak besar pada menjelang lebaran.

"Artinya, jika impor jeroan yang dibuka, maka kita kembali mengalami kemunduran dan membuktikan rakyat kita diminta makan jeroan karena tidk mampu beli daging," kata Yeka.

Menurut Yeka harga daging sapi Rp 80 ribu perkilogram seperti permintaan Presiden, sangat mungkin terjadi. Pasalnya harga daging impor dari Australia murah.

"Ini karena harga secondary cut daging dari Australia saja rata-rata 5 dollar AS per kg, kurang lebih Rp 66 ribu per kg," papar Yeka.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas