Nafsu PLN Caplok Anak Usaha Pertamina Dipertanyakan
Selain masih banyak PR yang harus dikerjakan PLN, juga karena reputasi PLN yang kurang baik dalam mengelola bisnis geothermal.
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini PLN begitu bernafsu mengakuisisi PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).
Padahal di sisi berbeda, selain masih banyak PR yang harus dikerjakan PLN, juga karena reputasi PLN yang kurang baik dalam mengelola bisnis geothermal.
“Makanya, perlu dipertanyakan, mengapa PLN sangat bernafsu ingin mengakuisisi PGE. Ada apa ini?” kata Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro, Minggu (14/8/2016).
Rekam jejak PLN dalam mengelola geothermal, termasuk melalui anak perusahaannya, PT PLN Geothermal (PLNG), memang buruk. Banyak kegagalan dan catatan jelek saat PLN Geothermal menggarap lapangan konsesi yang dimiliki.
Di antaranya, ketika mengelola Tulehu, Mataloto dan Ulumbu. Begitu juga anak perusahaan PLN yang lain, seperti Indonesia Power, dalam mengelola Tangkuban Perahu, serta Geodipa di Dieng dan Patuha.
Ketika mengelola Tulehu pada 2014, misalnya, mereka akhirnya digugat kontraktor yaitu Permata Drilling International (PDI).
Putusan pengadilan tingkat pertama hingga Mahkamah Agung (MA), semuanya memenangkan pihak kontraktor.
Begitu pula melalui jalur arbitrase, Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) juga memenangkan kontraktor tersebut. BANI memerintahkan PLN Geothermal membayar sekitar 8 juta dollar AS, yang terdiri atas 7,4 juta dollar AS nilai kontrak dan sisanya adalah solar yang harus dibayarkan sesuai jumlah pemakaian untuk ngebor sedalam kurang dari 1000 meter.
Menurut Komaidi, kompetensi PLN memang tidak pada sisi hulu atau downstream. “Nature PLN adalah pada sisi hilir dan pembangkitan listrik," kata Komaidi.
Itu sebabnya, keinginan PLN mengakuisi PGE layak menjadi tanda tanya besar. Terlebih, lanjut Komaidi, masih banyak tugas yang harus diselesaikan PLN. Terkait proyek pembangkit 35.000 MW sebesar 25-30 persen, misalnya, saat ini yang belum terkontrak mencapai 70
persen.
Bahkan, dari 30 persen yang sudah memiliki kontrak, hanya beberapa di antaranya yang sudah beroperasi (commercial operation data/COD).
Sebelumnya diketahui Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memperingatkan PLN, agar fokus saja pada pembangunan transmisi. Tujuannya agar power plant yang sudah sudah beroperasi (commercial operation DATE/COD), langsung dibayar.
“Untuk geothermal, ada risiko kegagalan (yang) harus diperhitungkan, sama seperti di migas, sehingga kompetensinya ada di Pertamina,” kata Jusuf Kalla di acara Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition (IIGCE) 2016, pekan ini.