Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Tarif Interkoneksi Turun Belum Tentu Rugikan Operator

Dampak dari penurunan biaya interkoneksi ini justru bisa menguntungkan operator telekomunikasi dalam jangka panjang.

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in Tarif Interkoneksi Turun Belum Tentu Rugikan Operator
Telkomsel
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pengamat telekomunikasi Ibrahim Kholilul Rohman mengatakan, telekomunikasi dinilai tak perlu takut kehilangan pendapatan setelah pemerintah menerapkan penurunan biaya interkoneksi rata-rata 26 persen untuk 18 skema panggilan.

Dampak dari penurunan biaya interkoneksi ini justru bisa menguntungkan operator telekomunikasi dalam jangka panjang.

Hal itu dicontohkan pernah terjadi di negara berkembang seperti Afrika Selatan, Namibia, dan negara maju seperti Eropa.

"Oleh karena itu, operator tak perlu takut kehilangan revenue jangka pendek," ujar doktor ICT asal Indonesia lulusan Swedia itu di Jakarta, Senin (15/8/2016).

Seperti diketahui, dalam Surat Edaran yang dirilis Kementerian Kominfo, dengan pola perhitungan baru itu, biaya interkoneksi untuk panggilan lokal seluler menjadi turun, dari sekitar Rp 250, maka per 1 September 2016 nanti, menjadi Rp 204 per menit.

Keputusan ini sempat menjadi polemik bagi sebagian pihak. Namun menurut Ibrahim yang lama berkutat dengan regulasi di Eropa, para operator sebenarnya tak perlu khawatir.

Alasannya, pasar Indonesia itu elastis. Banyak pengguna yang masih sensitif soal harga, sehingga penurunan biaya akan mendorong pengunaan telepon.

BERITA TERKAIT

"Berdasarkan penghitungan, penurunan tarif satu persen, bisa jadi ada kenaikan net usage sampai empat puluh persen. Itu artinya, operator malah untung," paparnya.

Di samping itu, turunnya pendapatan biaya interkoneksi akan diikuti dengan turunnya beban interkoneksi yang harus dibayarkan. Hal itu jelas sebab yang dibutuhkan untuk membayar beban interkoneksi lebih rendah.

Ia melanjutkan, operator besar juga tak perlu khawatir dengan penurunan tarif off-net. Jika lebih perhatian dan digarap dengan benar, tarif on-net tetap bisa memberikan keuntungan.

D sisi lain, Ibrahim tak menampik bahwa persoalan interkoneksi memang akan memunculkan pro-kontra. Menurut pria yang berdomisili di Spanyol ini, kebijakan soal telekomunikasi berada di area abu-abu.

Hal itu muncul karena pasti ada pihak yang merasa dirugikan. Tak dimungkiri, kondisi tersebut juga dialami di negara-negara lain ketika pemberlakuan penurunan tarif interkoneksi diterapkan.

Namun, Ibrahim menyebut pembahasan soal interkoneksi tak perlu berlarut-larut. Hal lain juga tak kalah penting adalah layanan yang harus terus ditingkatkan.

"Kalau ada operator yang masih meributkan soal interkoneksi, bisa dibilang ketinggalan zaman. Namun, saat ini yang lebih penting adalah soal layanan," ujarnya mengakhiri pembicaraan.

Sebagai informasi, perhitungan biaya interkoneksi ditetapkan atas masukan dari para pemangku kepentingan dan konsultasi publik demi menyempurnakan regulasi tarif interkoneksi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas