Pengamat Pertanyakan Efisiensi Mesin Pembangkit di Tender Kelistrikan 35.000 MW
"Jika indikatornya kompetensi dan track record, maka ada konsorsium lain dengan mesin yg lebih efisien yang bisa memenangi tender"
Penulis: Choirul Arifin
Mengutip sebuah riset, Kurtubi menyebutkan, sekitar 70 persen harga listrik berasal dari komponen bahan bakar. Artinya, harga bahan bakar amat menentukan dalam penetapan harga jual listrik.
Karena itu, efisiensi mesin pembangkit menjadi sangat penting. "Makin efisien mesin pembangkit makin hemat pemakaian bahar bakar dan pada akhirnya makin hemat biaya atau harga listrik yang dijual oleh PLN kepada masyarakat," katanya.
Dia menambahkan, akan menjadi perhatian luas publik jika jika di kedua proyek kelistrikan, yakni di Tanjung Priok dan Muara Karang yang sudah ditandatangani kontrak engineering, procurement dan construction (EPC)-nya pada 29 Agustus 2016 lalu, mesin yang dipakai pemenang tender ternyata yang tidak efisien dibandingkan mesin yang saat ini tersedia di pasar.
Hal ini dimungkinkan terjadi jika dilakukan desain terms and condition sedemikian rupa, sehingga keunggulan teknologi dan efisiensi mesin menjadi tidak penting atau tidak dominan lagi sebagai bahan pertimbangan.
Dia menunjuk contoh, salah satu aspek yang bisa dimainkan adalah output produksi listrik diset atau didesain sedemikian rupa, sehingga cocok dengan engine tertentu.
Misalnya, desain output yang disyaratkan oleh PLN adalah 800 mw dari situ bisa terlihat apakah target output dibuat untuk menguntungkan penyedia mesin tersebut.
Jika di pembangkit Muara karang, kapasitas yang diminta PLN 500 MW dan itu cocok dengan kemampuan Mitsubishi dengan kapasitas engine 500 mw. Sedang jika mesin lain seperti Siemen kemampuannya adalah 600 mw dan Ansaldo 550, berarti terjadi kelebihan kapasitas dan tarifnya lebih mahal.
Sementara GE kapasitas mesinnya 550 mw, namun mereka tidak ikut tender.