Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Sejak 2 Tahun Terakhir, Makin Sedikit Emiten Baru yang Melantai di Bursa

Sampai awal Desember 2016, BEI hanya mencatatkan 14 emiten baru yang mencatatkan saham perdana.

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Sejak 2 Tahun Terakhir, Makin Sedikit Emiten Baru yang Melantai di Bursa
KOMPAS IMAGES/HENDRA A SETYAWAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Minat perusahaan mencari sumber permodalan baru dari lantai bursa efek terbukti makin menipis. Dalam dua tahun terakhir, perusahaan yang melakukan pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) relatif sepi.

Sampai awal Desember 2016, BEI hanya mencatatkan 14 emiten baru yang mencatatkan saham perdana.

awal, otoritas BEI membidik 35 emiten baru pada 2016. Namun, target itu direvisi hingga dua kali yakni menjadi 25 emiten baru, sebelum akhirnya dipangkas lagi tinggal 20 emiten saja.

Meski tahun 2016 tersisa tiga pekan lagi, Direktur Utama BEI Tito Sulistyo optimistis target 20 IPO tercapai. "Tiga perusahaan siap listing," katanya, Selasa (6/11/2016).

Menurut Tito, perhelatan IPO yang sepi tahun ini dipicu ketidakpastian ekonomi global. Bahkan, ia mengklaim IPO global anjlok 74 persen.

Tapi, dia menyangkal faktor politik jadi penyebab penurunan jumlah IPO. "Politik tak pernah mempengaruhi pasar modal kita," tandas Tito.

Dia juga yakin tahun depan banyak perusahaan yang menggelar IPO. BEI menargetkan bisa menggaet sekitar 30-40 emiten baru. Ia mengklaim telah mendekati 146 perusahaan untuk IPO.

Berita Rekomendasi

Potensi perusahaan Indonesia untuk go public sebenarnya masih besar. Ada 52 perusahaan yang memiliki aset atau pendapatan jumbo, dengan total nilai pasar mencapai US$ 15,2 miliar.

Perusahaan ini berasal dari sektor tambang, properti, dan logistik. Sejumlah BUMN juga potensial menggelar IPO, termasuk 14 anak usaha BUMN yang siap go public.

Reza Priyambada, Analis Senior Binaartha Parama Sekuritas, menyebutkan, tahun ini kondisi global memengaruhi realisasi target IPO. Dan, itu terjadi bukan hanya di Indonesia.

Kondisi pasar yang juga cenderung masih fluktuatif membuat investor tidak bisa menyerap saham IPO. "Oleh karena itu, emiten berpikir ulang untuk IPO. Jika tidak perlu-perlu amat, ya, tidak IPO," ungkap dia.

Senada, Kepala Riset Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menilai perlambatan ekonomi menjadi pemicu IPO sepi. "Pelaku usaha menganggap momennya kurang tepat," kata dia.

Untuk tahun depan, prospek IPO diprediksi lebih baik ketimbang tahun ini. Menurut Reza, sektor bisnis yang bakal diminati investor antara lain konstruksi, properti, infrastruktur, dan kesehatan.

Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas