Pakai Solar PLN Akan Terus Merugi
jika PLN bisa melakukan konversi dari solar ke gas, maka dapat menghemat Rp100 triliun.
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT PLN (persero) sampai saat ini masih banyak menggunakan bahan bakar solar untuk Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD). Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) menilai solar hanya membuat biaya besar sampai perusahaan pelat merah tersebut rugi.
“Faktanya, penggunaan solar sangat mahal dan tidak efisien. Solar lebih mahal dari gas dan batu bara," ujar Pengamat energi AEPI Salamuddin Daeng di Jakarta, Jumat (20/1/2017).
Terkait hal itu, Salamuddin meminta agar PLN segera mencari energi alternatif lainnya. Menurut Salamuddin ada permainan yang diduga menjadi penyebab perusahaan BUMN tersebut masih mempertahankan solar.
“Harus diakhiri permainan-permainan di dalamnya yang masih mempertahankan solar. Karena ini melibatkan kontrak- kontrak pembelian bahan bakar,” ungkap Salamuddin.
Berbagai permainan tersebut, menurut Salamudin, membuat PLN tidak memiliki rencana yang begitu baik untuk mengubah pemakaian solar ke bahan bakar yang lebih murah dan ramah lingkungan. “Ini kan masalah direksi, pejabat di dalam PLN itu sendiri yang memang harus berubah paradigmanya,” lanjut Salamuddin.
Dalam konteks itu pula, Salamuddin tidak menutup mata terhadap pendapat, jika PLN bisa melakukan konversi dari solar ke gas, maka dapat menghemat Rp100 triliun. Perhitungan dan kalkulasi tersebut, menurut Salamuddin harus diapresiasi.
"Sebab, hitung-hitungan itu memberi ukuran yang sangat nyata mengenai kondisi inefisieni pada PLN akibat mereka terus mempertahankan penggunaan solar," kata Salamuddin.