Waspadalah Saat Kondisi Keuangan Sedang Labil
Menurut Tejasari, Perencana Keuangan Tatadana Consulting, gaji numpang lewat merupakan salah satu gejala keuangan Anda sedang tidak sehat.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sering dengar, dong, istilah gaji lima koma. Bukan gaji lima koma sekian juta, ya, bukan. Tapi, gaji setelah tanggal lima langsung koma alias hampir habis atau malah ludes enggak tersisa di rekening.
Ada lagi istilah gaji numpang lewat. Mirip dengan istilah gaji lima koma, begitu dapat gaji langsung habis dalam hitungan hari. Langsung buat bayar tagihan ini itu, cicilan ini itu.
Menurut Tejasari, Perencana Keuangan Tatadana Consulting, gaji lima koma atawa gaji numpang lewat jadi salah satu gejala keuangan Anda sedang tidak sehat. “Belum habis bulan, sudah tidak punya uang,” katanya.
Ingat! yang bisa sakit bukan hanya tubuh, keuangan Anda juga bisa sakit, lo. Sama seperti tubuh, sebelum betul-betul sakit, keuangan Anda lebih dulu menunjukkan gejala-gejala kondisi mulai tidak sehat.
Sebelum sakit
Jadi, sebelum terlanjur sakit betulan, yuk, kenali keadaan yang jadi tanda-tanda akan munculnya kondisi keuangan Anda yang mulai enggak sehat.
Selain gaji sudah tak bersisa lagi sebelum bulan berganti, Tejasari mengungkapkan, ada beberapa gejala lainnya.
Pertama, Anda sulit membayar cicilan saat jatuh tempo. Begitu juga jika memiliki utang kartu kredit, Anda tidak mampu langsung melunasi setiap bulan sehingga harus mencicil dengan bunga yang kian besar.
Kedua, Anda tidak memiliki dana darurat yang jumlahnya minimal tiga kali pengeluaran bulanan. Sesuai namanya, dana ini untuk kondisi darurat dan tentunya hanya digunakan dalam kondisi darurat.
Contoh, saat Anda atau keluarga menderita sakit atau mendapat musibah, kemudian Anda terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Dana darurat berfungsi untuk menyelamatkan Anda dari kejadian-kejadian tak terduga semacam itu.
Ketiga, Anda sering kesulitan bahkan sudah tidak bisa lagi menyisihkan uang untuk ditabung secara rutin.
Dalam kondisi ini, pengeluaran bulanan Anda tanpa ada tabungan sama atau lebih besar dibandingkan dengan penghasilan.
Keempat, Anda tidak punya perencanaan dan persiapan finansial untuk masa depan. Misalnya, untuk biaya pendidikan anak dan dana pensiun.
Perencanaan dan persiapan keuangan bukan hanya alokasi dana bulanan, juga target keuangan yang ingin Anda capai dalam jangka waktu tertentu.
Kondisi keuangan
Risza Bambang, Perencana Keuangan OneShildt Financial Planning, mengatakan, ada dua hal yang bisa menyebabkan keuangan keluarga Anda sakit.
Pertama, penghasilannya mungkin tidak cukup. Kedua, pengeluaran lebih besar dari pendapatan.
Namun, Risza bilang, sebetulnya pendapatan yang tak cukup menutup pengeluaran dasar tidak bisa begitu saja dikatakan sebagai penyebab keuangan Anda tak sehat.
Pasalnya, saat ini banyak pemberi kerja yang sudah memberikan gaji sesuai dengan upah minimum.
Dan, dengan harga barang yang berlaku di Indonesia, sebenarnya penghasilan tersebut sudah bisa menutup biaya wajib. Jadi, masalahnya terletak pada pengeluaran.
Ada beberapa kebutuhan yang tidak wajib justru dinomorsatukan. Padahal, yang semestinya jadi nomor satu adalah menyisihkan penghasilan untuk ditabung terutama buat kebutuhan darurat.
“Seharusnya seseorang harus punya dana darurat yang besarnya minimum tiga kali gaji ketika sudah bekerja selama tiga tahun,” ungkap Risza.
Itu berarti, dalam sebulan Anda setidaknya harus bisa menyisihkan sebesar 10% dari pendapatan untuk ditabung. Sehingga, pada tahun ketiga Anda sudah memiliki dana darurat sebanyak 360% dari gaji.
Kalau dalam tiga tahun belum punya tabungan, maka keuangan Anda sudah mendapat label tidak sehat. Apalagi, kalau Anda sampai terjerat utang.
Tejasari menambahkan, setidaknya ada tiga faktor lagi yang membuat kondisi keuangan keluarga Anda jadi sakit.
Pertama, gaya hidup Anda dan keluarga. “Untuk itu, jangan sampai kebiasaan Anda sebelum menikah dibawa ke dalam keluarga,” kata Tejasari.
Kedua, Anda tidak memiliki tabungan sepeser pun.
Ketiga, ini terkadang sulit sekali dihindari yakni saat Anda masih harus memenuhi kebutuhan orangtua atau saudara. Padahal, penghasilan bulanan Anda sudah pas-pasan.
Rasio keuangan
Nah, kalau keuangan sudah tidak sehat, idealnya Anda harus segera melakukan pemeriksaan keuangan pribadi secara keseluruhan alias financial check up.
Sebenarnya, untuk melakukan financial check up, Anda bisa menggunakan aplikasi yang sekarang banyak disuguhkan beberapa perusahaan perencana keuangan.
Tapi, ada baiknya juga Anda mendatangi perencana keuangan independen untuk melakukan pengecekan pada rasio-rasio keuangan sekaligus mendapatkan saran yang tepat dari mereka.
Risza menyebutkan, ada lima rasio keuangan yang setidaknya harus Anda analisis saat melakukan financial check up.
Pertama, rasio surplus pendapatan bulanan. Ini mengenai seberapa besar kemampuan Anda dalam menabung.
Kedua, rasio utang. Risza bilang, boleh saja berutang tetapi jangan terlalu besar, maksimal 30% dari penghasilan.
Ketiga, rasio ketahanan keuangan. Rasio ini seputar berapa lama keuangan bisa bertahan jika seseorang tidak mengubah gaya hidup sama sekali.
Keempat, rasio kecukupan proteksi jiwa dan kesehatan. Ini bicara soal kondisi penghasil pendapatan utama dalam keluarga.
Ketika penopang hidup keluarga itu meninggal dunia, apakah yang ditinggalkan bisa bertahan hidup kelak.
Kelima, rasio pensiun. Dari usia pensiun hingga meninggal, apakah seseorang bisa mencukupi kebutuhannya.
Maka, harus melakukan financial check up denga mendatangi perencana keuangan independen. “Mereka bisa memberi tahu penyakit keuangan Anda apa dan bagaimana menyembuhkannya,” ucap Risza.
Disiplin keuangan
Tapi, kalau keuangan keluarga Anda sudah sembuh, Risza berpesan, jangan coba-coba kembali ke gaya hidup sebelumnya. Cuma memang, balik-balik semua tergantung dari Anda dan keluarga.
“Yang jelas, kuncinya yang pertama adalah disiplin,” tegas Risza.
Selain disiplin, Anda juga mesti bisa mengalahkan diri sendiri dalam menerapkan gaya hidup. Jangan sampai rasionalitas kalah sama hawa nafsu Anda yang menggebu.
Misalnya, Anda butuh ponsel pintar atau smartphone level B. Tapi, gara-gara rekan kerja rata-rata memakai ponsel cerdas level A, Anda membeli perangkat itu, bukan smartphone level B.
Selanjutnya, Anda harus bisa mengelola keuangan dengan baik. Contohnya, dari sekarang Anda kudu sudah menabung untuk biaya sekolah anak atau buat anggaran pensiun.
Terakhir, Anda harus siap dengan risiko buruk. Maksudnya, ketika sewaktu-waktu penopang keluarga meninggal, maka keuangan keluarga Anda sudah terjamin. Caranya, dengan mulai berasuransi.
Jadi, sebelum jatuh sakit, yuk, kenali gejala-gejala keuangan mulai meriang.
Reporter: Francisca Bertha Vistika