Puncak Inflasi Akan Terjadi di Bulan Juni
Sejumlah ekonom memperkirakan, inflasi bulan Juni tahun ini bakal lebih tinggi dibandingkan inflasi di bulan yang sama tahun lalu, yang hanya 0,33 %.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bulan Juni mendatang nampaknya akan menjadi puncak inflasi di tahun ini, Momentum datangnya bulan Puasa dan Lebaran menjadi salah satu pemicu. Kondisi ini bakal diperparah dengan kenaikan tarif dasar listrik yang bakal naik lagi di Mei ini.
Sejumlah ekonom yang dihubungi KONTAN memperkirakan, inflasi bulan Juni tahun ini bakal lebih tinggi dibandingkan inflasi di bulan yang sama tahun lalu yang tercatat hanya 0,33%.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, tingginya inflasi Juni mendatang bukan hanya karena momentum puasa dan lebaran tapi juga karena imbas kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang rencananya naik bulan Mei ini.
Lana menjelaskannya, dampak kenaikan TDL bulan ini bakal lebih besar dibanding kenaikan TDL Januari dan Maret lalu. Kenaikan TDL sebagai konsekuensi pencabutan subsidi listrik pada tahap ketiga ini ada tiga kelompok pelanggan golongan 900 VA. "Jadi kenaikan tarif listrik ini sudah tahap ketiga pada kelompok masyatakat 900 VA sudah 100% tak ada subsidi lagi," kata Lana kepada KONTAN, Selasa (2/5).
Menurutnya, efek kenaikan TDL terhadap inflasi akan dimulai pada bulan Mei ini akan tampak bagi pelanggan prabayar. Adapun efek bagi pelanggan pasca bayar di Juni.
Efek ke inflasi bakal lebih tinggi karena adanya dorongan kenaikan harga pangan saat puasa dan lebaran. Makanya, Lana memperkirakan inflasi Mei tahun ini mencapai 0,5%, lebih tinggi dari Mei tahun lalu yang tercatat 0,24%.
Adapun inflasi Juni sebesar 0,97%, proyeksi Lana, juga lebih tinggi dari Juni tahun lalu."Kenaikan TDL di bulan Mei bisa mengganggu daya beli di tengah potensi kenaikan konsumsi saat lebaran dan kita bisa kehilangan momentum pertumbuhan ekonomi," tambah Lana.
Seturut, Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi juga memproyeksi, tekanan permintaan jelang puasa dan lebaran akan terjadi di akhir Mei ini dan puncaknya bakal terjadi pada Juni nanti. Selain itu, kenaikan TDL bulan ini dampaknya akan simultan sejak bulan ini hingga bulan berikutnya. "Saya memproyeksi inflasi Mei 2017 0,3% dan Juni 0,6%," kata Eric.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, deflasi pangan yang terjadi sejak Februari lalu bukan menjadi jaminan tidak terjadinya inflasi pangan di Mei dan Juni nanti. Sebab, puasa dan lebaran selalu memunculkan tren inflasi tinggi, terutama dari bahan pangan dan transportasi.
Menurutnya, kecukupan stok pangan sebelum puasa menjadi hal yang perlu diperhatikan pemerintah. Di sisi lain, kenaikan TDL dan bahan bakar minyak (BBM) juga perlu dicermati agar inflasi bisa terkendali. "Mei kami proyeksi inflasi0,35% karena awal puasa dan Juni bisa 0,67% karena puncak lebaran," kata Bhima.
Tak terlalu berdampak
Meski inflasi naik, ia memperkirakan Bank Indonesia akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya meski ada kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuannya bulan ini. Pelaku pasar juga telah memperhitungkan rencana kenaikan itu.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, inflasi April 2017 yang hanya 0,09% sesuai dengan harapn pemerintah. Darmin yakin, kenaikan TDL awal bulan ini hanyalah bagian dari dampak pencabutan subsidi untuk pelanggan 900 VA. TDL itu hanya penyesuaian yang 900 VA dan yang lain tak naik, ucapnya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyebut, kenaikan TDL untuk pelanggan 900 VA tahap ketiga akan berdampak inflasi Mei dan Juni nanti. "Persentase pelanggan pra bayar 900 VA lebih rendah dibanding yang pasca bayar sehingga inflasi akan terasa Juni daripada Mei," kata dia.
Reporter Adinda Ade Mustami, Ghina Ghaliya Quddus