TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – PT Tira Austenite terus melakukan inovasi ditengah ekonomi dunia yang lesu dan berimbas pada Indonesia menjadi kurang bergairah.

Perseroan ini menggeluti empat bidang bisnis, yaitu divisi baja khusus, seperti tool steel, wear plate, stainless steel, dan machinery steel. Bisnis lainnya adalah pemasaran dan penjualan produk gas.

"Adanya alternatif sourcing material baja dari China dan India yang mempunyai harga jual lebih murah dibandingkan produk asal Eropa namun dengan kualitas lebih rendah menjadi salah satu kendala yang dihadapi perseroan," kata Dirut Tira Selo Winardi usai rapat umum pemegang saham (RUPS) tahunan di kantornya kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur, Kamis (8/6/2017).

Selain mengedukasi pelanggan tentang kualitas produk baja yang lebih baik dengan harga yang kompetitif, perseroan juga meningkatkan kualitas pelayanan, pengiriman dan after sales.

"Kalau diminta bersaing memang kendala dari harga, produk dibuat standar, tapi ada harga ada barang," katanya.

"Produk China, tergantung prototipe customer, misalnya barang murah ditengah jalan ada masalah, customer dijelaskan, itu yang kita pergunakan. Kami ngga bisa membendung produk China masuk ke Indonesia," tambahnya.

Sementara itu, perseroan membidik kenaikan laba bersih sebesar 56,6 persen menjadi Rp 6,29 miliar tahun ini, bandingkan dengan perolehan tahun lalu Rp 1,11 miliar.

Pertumbuhan tersebut didukung target peningkatan pendapatan sekitar 10 persen dari Rp 259,54 miliar menjadi Rp 284,92 miliar.

Direktur Tira Soeseno Adi mengatakan, pertumbuhan kinerja keuangan akan didukung sejumlah upaya, seperti menggencarkan kerja sama dengan beberapa mitra baru dari luar negeri dan peningkatan volume penjualan produk pertumbuhan juga bakal didukung atas sejumlah pengembangan bisnis baru.

"Kami akan melaksanakan sejumlah upaya dari berbagai divisi untuk menopang pertumbuhan kinerja keuangan tahun ini, termasuk memperkuat pertumbuhan anorganik" katanya.