Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

DPR Akui Garuda Indonesia Kalah dengan Lion Air Group

Sedangkan untuk masalah harga tiket, Darmadi mengakui Garuda Indonesia paling mahal dibandingkan maskapai lain.

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in DPR Akui Garuda Indonesia Kalah dengan Lion Air Group
TRIBUNNEWS.COM/BIAN HARNANSA
Sejumlah pekerja memasang warna baru logo Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia untuk Airbus A330-200 di Jembatan MH Thamrin, Jakarta. Senin (5/10/2010) lalu. Tampilan pesawat tipe 330-200 ini telah dilengkapi dengan cat dan logo baru Garuda Indonesia pada bagian ekor yang didatangkan langsung dari pabriknya di Toulouse-Prancis, mulai beroperasi pada Juli 2009 lalu. Pesawat berbadan lebar tersebut memiliki kapasitas 293 tempat duduk yang nyaman dengan dilengakapi entertainment system yang canggih di kelasnya. Sistem Thales Entertainment menyajikan AVOD (Audio Video on Demand) yang screen-nya terdapat dibagian belakang sandaran kursi. Pesawat A330-200 didukung berbagai instrumen lebih canggih. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR RI Darmadi Durianto mengakui kinerja maskapai Garuda Indonesia kalah dengan Bati Air milik Lion Air Group.

Hal ini terlihat dari pasar yang lebih banyak memilih Batik Air ketimbang maskapai BUMN tersebut.

"Ancaman sudah sangat tinggi terutama dari ancaman pesaing seperti Batik (Lion Group). Sementara Garuda tidak bisa mengambil peluang pasar yang ada," ujar Darmadi di gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (14/6/2017).

Menurut Darmadi, merk Garuda Indonesia menjadi kekuatan satu-satunya perusahaan plat merah tersebut.

Sedangkan untuk masalah harga tiket, Darmadi mengakui Garuda Indonesia paling mahal dibandingkan maskapai lain.

"Kekuatan hanya tinggal brand name Garudanya saja, sehingga walaupun harga tiketnya mahal tetapi masih diminati oleh masyarakat," jelas Darmadi.

Politisi PDI-P itu pun menilai direksi yang baru masih belum kompak dalam membenahi maskapai Garuda Indonesia. Hal yang membuat perusahaan BUMN tersebut semakin buruk kinerjanya menurut Darmadi karena Direktur Utama yang baru Pahala N Mansury.

Berita Rekomendasi

"Team manajemen lagi kurang solid dan kuat, Ditambah pemilihan dirut yang kurang pas," jelas Darmadi.

Darmadi menambahkan saat ini Garuda Indonesia butuh pemimpin yang bisa melakukan efisiensi. Karena pada kuartal I 2017, Garuda Indonesia sudah rugi Rp 1,37 triliun.

"Padahal sekarang Garuda benar-benar membutuhkan pemimpin yang Service oriented dan berani menjalankan creative destruction," papar Darmadi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas