Gubernur BI: Indonesia Perlu Beralih dari Ketergantungan Ekspor Bahan Mentah
Agus mencatat, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 5,01 persen di kuartal kedua 2017 dan inflasi terjaga pada posisi rendah.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo menyatakan Indonesia semestinya tidak bergantung lagi pada ekspor komoditi bahan mentah saja.
Pengusaha harus memproses untuk memberi nilai tambah pada produk tersebut sekaligus menciptakan lapangan kerja.
Selain itu dia juga menekankan perlu dilanjutkannya reformasi di sektor riil.
Agus menyampaikan pandangannya tersebut usai menjadi pembicara kunci (keynote speech) di ajang International Conference, Bulletin of Monetary Economics and Banking — 2017 di BI, Jakarta, Kamis (24/8/2017).
Di kesempatan tersebut Agus menyampaikan materi bertema 'Synergy on the VUCA World: Maintaining the Resilience and Momentum of Economic Growth.'
Agus menyampaikan, tengah kondisi ekonomi global yang tidak menguntungkan seperti sekarang, otoritas pengendali kebijakan ekonomi di Indonesia berhasil menjaga stabilitas makro ekonomi dan keuangan.
Dia mencatat, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 5,01 persen di kuartal kedua 2017 dan inflasi terjaga pada posisi rendah.
"Pertumbuhan ekonomi harus sustainable dan inklusif, kita harus menjaga inflasi harus rendah dan stabil, transaksi berjalan juga harus sehat," ujar Agus.
"Cadangan devisa kita juga cukup aman, 127,8 miliar dolar Amerika, kinerja rupiah dalam dua tahun terakhir termasuk yang terbaik di kawasan Asia," kata Agus.