Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun Bisnis

Sempat Anjlok Setelah Tutup Dua Outlet, Hari Ini Saham Matahari Kembali Pulih

Matahari Department Store Tbk (LPPF) menutup 2 outlet Matahari di Pasaraya Manggarai dan Pasaraya Blok M akhir bulan ini.

Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Sanusi
zoom-in Sempat Anjlok Setelah Tutup Dua Outlet, Hari Ini Saham Matahari Kembali Pulih
Syahrizal Sidik

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) menutup 2 outlet Matahari di Pasaraya Manggarai dan Pasaraya Blok M akhir bulan ini.

Menurut Corporate Secretary dan Legal Director PT Matahari Department Store Tbk Miranti Hadisusilo penutupan kedua gerai tersebut dilakukan akibat sepinya pengunjung mal yang berimbas pada penjualan yang tidak sesuai dengan target perusahaan.

"Penutupan ini karena mal yang sepi  sehingga mengakibatkan kinerja kedua gerai tersebut tidak sesuai dengan target manajemen," ungkap Miranti.

Imbas dari penutupan dua tokonya pada akhir bulan ini, saham Matahari Departement Store (LPPF) sempat turun 3 persen pada perdagangan Senin (18/9) kemarin.

Namun pada perdagangan pagi ini, menurut data RTI, Selasa (19/9/2017), saham LPPF pagi ini justru dibuka menguat 125 poin ke level Rp 10.050. Hingga pukul 10.20 waktu JATS saham LPPF masih berada di zona hijau dengan menguat 100 poin atau 1,01 persen ke level Rp 10.025 per saham.

Saham dari PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) hingga waktu yang sama juga menguat 1,68 persen ke Rp 605.

Menurut Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada penutupan gerai dalam bisnis ritel belum tentu menjadi pertanda bahwa kinerja keuangan perusahaan sedang kurang sehat. Bisa jadi langkah itu menjadi strategi perseroan untuk menambah profit.

"Berita itu bisa dianggap menjadi positif. Kalau melihat dengan adanya pentupan itu akan lebih efisien, karena beban biaya operasional berkurang. Atau akan ada pengalihan pembeli ke gerai lebih banyak pengunjungnya. Bisa jadi malah lebih stabil," ujar Reza.

Menurutnya, penutupan gerai ritel bisa menjadi isu negatif jika penutupannya secara masif. Sementara dalam kasus LPPF hanya dua gerai yang ditutup.

"Ini kan masih banyak, mungkin di Pasaraya tutup karena memang tidak banyak pengunjungnya, sebab sekarang sudah banyak mal dan juga adanya perpindahan dari yang tadinya belanja di gerai ke belanja online," imbuhnya.

Gelombang disrupsi

Berita Rekomendasi

Tak bisa dimungkiri, kehadiran e-commerce saat ini tidak lagi bisa dihindari. Industri ritel pun harus bersaing ketat dengan hadirnya e-commerce yang memudahkan belanja secara daring (online) di era teknologi digital seperti sekarang ini.

Namun, menurut Reza, industri ritel saat ini belum bisa sepenuhnya terdisrupsi 100 persen ke arah digital, mengingat masih banyaknya masyarakat yang memilih belanja offline karena bisa melihat wujud dan bisa dicoba.

Menurut Reza, yang bisa dilkukan antara toko ritel dengan e-commerce adalah kerja sama. Misalnya, e-commrce belanja.com maupun Elevania, meskipun berjualan secara daring, tetapi bisa bekerja sama dengan Matahari atau gerai Metri untuk produk fashion.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas