TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Membicarakan masalah keuangan bagi masyarakat seringkali menjadi mispersepsi lantaran sering dianggap tabu.

Padahal, menurut Survei Nasional Inklusi Keuangan yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2016, hanya satu dari tiga orang yang memahami masalah keuangan.

Menurut Head of Customer and Segmentation PermataBank, Ivy Widjaja, masyarakat seringkali mempersepsikan membicarakan masalah sebagai sesuatu yang negatif, sehingga muncul anggapan membicarakan ini disebut materialistis.

Selain itu, lanjut Ivy, kebiasaan untuk mengenalkan dan membudayakan mengelola uang sangat jarang bahkan kurang dibiasakan di keluarga pada umumnya.

“Penting memberikan edukasi literasi keuangan bagi anak-anak sejak dini, hasil penelitian menunjukkan jika anak tidak memperoleh edukasi sejak dini, mereka cenderung tidak bijak di dalam penggunaan uang di masa depannya,” ujar Ivy saat diskusi #BicaraUang, Rabu (20/9/2017) di World Trade Center 2, Sudirman, Jakarta.

Lanjut Ivy, banyak keluarga yang saat ini jarang mendiskusikan dan bersikap terbuka mengenai keuangan di lingkungan keluarga, padahal, keluarga adalah komunitas pertama dan terdekat dalam hidup kita.

Sementara itu, menurut Faradita Khrisnanda, Content Development WeCan Psychology, adanya kecenderungan berperilaku belanja impulsif dan memiliki banyak utang lebih banyak dialami oleh anak yang tidak mendapat edukasi keuangan ketimbang yang mendapat edukasi.

Menurut hasil riset, sebesar 43 persen penduduk Kanada percaya bahwa anak di bawah usia 9 tahun sudah seharusnya memiliki pengetahuan dasar mengenai literasi keuangan.

"Faktanya, hanya sebesar 18 persen orang tua yang mau meluangkan waktunya untuk memberikan edukasi ataupun sekedar berdiskusi mengenai keuangan bersama dengan anak mereka," lanjut Dita.

Mengajarkan anak mengelola uang

Bagi anda orang tua yang mau mendidik anak-anak untuk mulai bijak soal keuangan, anda tidak perlu mengajarkan dengan susah payah.

Dalam paparannya, menurut Ivy langkah pertama yang bisa dilakukan secara sederhana adalah mengajak anak untuk mengobservasi, mengamati apa yang dilakukan orang tuanya dalam menggunakan uang.
Dalam hal ini, orang tua sebaiknya memperbaiki kebiasaannya mengelola uang secara lebih bijak.

Kedua, lanjut Ivy, adalah sebisa mungkin mengajak anak anda untuk membicarakan seputar keuangan dengan semudah mungkin, seperti membicarakan hobi atau kesukaan anak anda.

Jangan membicarakan keuangan dengan nada marah-marah, anda juga bisa mendorong anak untuk menabung sejak dini.

Ketiga adalah dengan belajar langsung, seperti suatu hari mengajak anak anda ke swalayan untuk berbelanja. Anda bisa memberikan kesempatan berbeanja bagi anak anda dengan mengenalkan pada anak mana yang mahal dan yang murah.

“Sehingga ketika mereka menginginkan sesuatu tidak adal minta atau merengek minta mainan,” pungkas Ivy.