Awal Pekan Depan Rupiah Diperkirakan Masih Akan Melemah
"Karena gaji naik, berarti daya beli semakin meningkat dan memberikan dukungan untuk kenaikan inflasi AS."
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pergerakan kurs rupiah yang melemah di pekan lalu berpeluang berlanjut di pekan ini. Pasalnya, data-data ekonomi AS dirilis cukup baik.
Mengutip Bloomberg, Jumat (6/10/2017) lalu, di pasar spot rupiah melemah 0,41% ke level Rp 13.519 per dollar AS dibanding sehari sebelumnya.
Kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan rupiah turun sebesar 0,01% ke level Rp 13.485 per dollar AS.
Research & Analyst Monex Investindo Putu Agus Pransuamitra menyebutkan, rupiah tertekan data kenaikan gaji per jam di AS yang dirilis baik. Sebab data-data tersebut berkaitan dengan kenaikan inflasi.
"Karena gaji naik, berarti daya beli semakin meningkat dan memberikan dukungan untuk kenaikan inflasi AS sehingga probabilitas kenaikan suku bunga dapat naik lagi," jelas Putu.
Ia pun memprediksi pelemahan rupiah ini dapat berlangsung hingga sepanjang pekan. "Ada FOMC Meeting Minutes di hari Kamis (12/10/2017), kemudian juga ada data inflasi. Jadi pasar bersiap-siap," timpalnya.
Sedang, Ekonom Mandiri Tbk Rully Arya melihat, pelemahan rupiah akan berlanjut karena muncul ketidakpastian di Eropa. "Masalah referendum Catalunya melemahkan euro dan membuat dollar menguat," tuturnya.
Baca: Popularitas Gatot Nurmantyo Bisa Geser Prabowo untuk Tarung dengan Jokowi di Pilpres 2019
rupiah juga masih berpeluang melemah karena mata uang Asia juga cenderung mengalami pelemahan.
Prediksi Rully, Senin (9/10/2017) lusa, kurs rupiah akan bergerak di rentang Rp 13.475 - Rp 13.525 per dollar AS.
Sedang Putu memproyeksi kurs rupiah bergerak melemah di kisaran Rp 13.455 - Rp 13.530 per dollar AS.
Reporter: Nathania Pessak