BJB Optimistis Kondisi Perbankan Tahun Depan Lebih Baik
Bank BJB optimistis kondisi perbankan tahun depan akan lebih baik, seiring masuknya tahun politik dan ekonomi Indonesia.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) optimistis kondisi perbankan tahun depan akan lebih baik, seiring masuknya tahun politik dan ekonomi Indonesia.
Bank BJB meyakini, pertumbuhan penyaluran kredit dan serapan dana pihak ketiga (DPK) akan tumbuh positif. Permintaan atas kredit diperkirakan akan meningkat dan di sisi lain, tidak sedikit masyarakat yang akan menyimpan dana murah di bank.
Senior Vice President Divisi Corporate Secretary Hakim Putratama mengatakan, tahun depan Bank BJB mengharapkan DPK tumbuh sebesar 11,82 persen dengan market share 1,55 persen. Sedangkan kredit, Bank BJB optimistis bertumbuh 12 persen dengan market share 1,59 persen.
"Dari optimisme atas kinerja kedua sektor itu, kami menginginkan target keuangan mengalami pertumbuhan aset sebesar 8 persen dengan market share 1,53 persen," kata Hakim Putratama pada Ekonomi Outlook 2018 di Flores, NTT, Minggu (10/12/2017).
Menurutnya, tahun depan Bank BJB akan menggarap dana murah untuk menyerap dana masyarakat. Melalui berbagai terobosan untuk menyerap dana murah, Bank BJB berharap dapat lebih ekspansif terhadap program pembiayaan. Diperkirakan, permintaan pembiayaan akan tumbuh pada periode itu.
Menurutnya, Bank BJB tetap optimistis terhadap pertumbuhan dan kinerja perbankan, di tengah kondisi pemulihan perkonomian global. Sebagaimana ekspektasi pemerintah, yang menyatakan angka pertumbuhan ekonomi nasional 5,4 persen merupakan skenario optimistis namun cukup realistis untuk dicapai.
Selain itu, Dana Moneter Internasional (IMF) pun memandang positif pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perekonomian Indonesia pun berada dalam tren pemulihan yang ditandai dengan semakin tingginya pertumbuhan ekonomi yang dicapai dari 5,01 persen pada 2015, menuju pada level 5,3 persen pada tahun depan.
Apalagi, pemerintah telah menyusun asumsi makro ekonomi 2018. Pertumbuhan diyakini dapat berada pada level 5,4 persen atau naik sekitar 0,2 persen dibandingkan proyeksi pertumbuhan tahun ini di level 5,2 persen. Asumsi inflasi pun dipatok pada level 3,5 persen dan plus minus 1 persen serta nilai tukar rupiah Rp 13.500 per dolar AS.
"Konsumsi rumah tangga dan investasi swasta diharapkan dapat menjadi kontributor utama pertumbuhan, selain juga dari pertumbuhan ekspor yang akan berdampak positif pada penguatan nilai tukar. Tahun depan konsumsi rumah tangga diprediksi naik menjadi 5,1 persen dan investasi swasta berada di level 6," imbuh Hakim.