Dradjad Wibowo:Perekonomian Kurang Ciptakan Lapangan Kerja
Dradjad Wibowo menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih stagnan pada level sekitar 5%
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Anggota Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN), Dradjad Wibowo menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih stagnan pada level sekitar 5%. Dan bukan hanya itu yang perlu diperbaiki pemerintah.
Menurutnya, kemampuan perekonomian menciptakan lapangan kerja juga masih lemah. "Saya melihatnya dari variable berapa jumlah tambahan orang yang bekerja untuk setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi. Variable ini dulu saya sebut elastisitas penciptaan kerja," ungkap Dradjad dalam diskusi KPPN DPP PAN, Rabu (14/2/2018) kemarin.
Mungkin terminologi yang lebih tepat, lanjut Dradjad adalah rasio penciptaan kerja. Data untuk tahun 2004-2017 (disajikan dalam Tabel). "Tabel tersebut saya hitung dari data BPS. Tambahan jumlah penduduk yang bekerja mencapai angka tertinggi tahun 2012, yaitu 3,55 juta. Lalu tahun 2008 (3,54 juta) dan 2007 (3,44 juta). Pada tahun 2014-2016, angkanya turun ke sekitar 1,4-2 juta pekerja baru," papar Dradjad.
Di tahun 2017, angkanya naik tajam ke 3,25 juta. Namun angka ini menurutnya, mengundang pertanyaan. Dilihat secara sektoral, imbuhnya, tambahan terbesar lagi-lagi diperoleh dari sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan. Jumlahnya 1,09 juta pekerja baru.
"Masalahnya, sektor ini meliputi pekerjaan seperti, maaf, pembantu rumah tangga, tukang cukur, kaki lima dan yang agak formal seperti pekerja sosial. Ini jelas bukan sektor yang seharusnya menjadi penopang penciptaan kerja," kata Dradjad.
"Sektor perdagangan (termasuk rumah makan dan perhotelan) dan sektor industri tercatat menciptakan pekerjaan tambahan di atas 1 juta. Yaitu masing-masing 1,05 juta dan 1,03 juta," lanjutnya.
Namun, Dradjad menegaskan kembali, di sektor ritel anjlok dan industri manufaktur padat karya banyak yang kesulitan. Padahal pada sektor ini banyak menciptakan lapangan kerja. Menurutnya, agak aneh kalau kedua sektor ini mencatat tambahan pekerjaan yang besar.
Hal lainnya, sambung Dradjad, dilihat dari variabel rasio penciptaan kerja. Data menunjukkan, tahun 2015-2016 perekonomian hanya menciptakan sekitar 290-340 ribu per 1% pertumbuhan.
Padahal jika situasi normal, katanya lagi,angkanya seharusnya bisa pada level 500 ribu per 1% pertumbuhan ekonomi. Artinya, ekonomi Indonesia bukan hanya stagnan pertumbuhannya, tapi kemampuan penciptaan kerjanya juga di bawah normal.
"Tahun 2017, rasio ini melonjak ke level 640 ribu per 1% pertumbuhan. Terus terang saya heran dengan angka ini. Angkanya terlalu tinggi, bahkan untuk ukuran masa Orde Baru sekalipun, di mana pembangunan lebih terkendali," Dradjad menegaskan kembali.
Selain itu, sumber terbesarnya dari sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan. Banyak pekerjaan dalam sektor ini yang kurang layak sebenarnya. Sementara, besarnya angka penciptaan kerja dari perdagangan dan industri kurang sesuai dengan situasi lapangan," katanya lagi.
Kemampuan penciptaan kerja, Dradjad memastikan, masih di bawah normal. "Padahal kalau kita hendak mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan, kuncinya ya kita harus mampu menciptakan pekerjaan yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini perlu diperbaiki segera," tegas Dradjad Wibowo.