Saatnya Wanita Memegang Kendali: Mastercard Index Tunjukkan Dunia Berdayakan Para Wanita Pengusaha
Wanita pengusaha cenderung mengalami perkembangan yang lebih baik di negara-negara maju, seperti yang diungkapkan dalam edisi kedua Mastercard Index.
Editor: Content Writer
Wanita pengusaha cenderung mengalami perkembangan yang lebih baik di negara-negara maju, seperti yang diungkapkan dalam edisi kedua Mastercard Index untuk Wanita Pengusaha (Mastercard Index of Women Entrepreneurs – MIWE).
Jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang, para wanita pemilik usaha di negara-negara maju mampu untuk memanfaatkan sumber daya dan peluang yang besar, termasuk akses untuk mendapatkan modal, layanan keuangan, dan program-program akademik.
Secara keseluruhan, Indeks ini mengindikasikan bahwa baik wanita pengusaha pemula maupun yang telah mumpuni di seluruh dunia terus berkembang, terlepas dari adanya bias-bias budaya yang berkaitan dengan gender yang dapat menjadi penghalang signifikan bagi para wanita pengusaha tersebut untuk memajukan bisnis mereka.
Indeks ini mengukur kemajuan dan pencapaian dari para wanita pengusaha dan pemilik bisnis di 57 negara yang mencakup lima wilayah geografis, termasuk Asia Pasifik, Eropa, Amerika Latin, Timur Tengah dan Afrika, serta Amerika Utara.
“Para wanita pengusaha telah membuat langkah besar sebagai pemilik usaha di seluruh dunia, sebagaimana mereka juga berupaya untuk mencapai potensi terbaik mereka. Kami percaya bahwa dengan memberikan perhatian pada usaha mereka, kami dapat terus mendukung dan memberdayakan para wanita untuk menjalankan bisnis yang sukses guna mencapai kehidupan yang lebih mapan dan sejahtera,” ujar Martina Hund-Mejean, Chief Financial Officer, Mastercard.
Indeks Wanita Pengusaha Mastercard – Peringkat 10 besar negara dengan kondisi pendukung terkuat dan peluang yang terbesar bagi para wanita untuk berkembang sebagai pengusaha
Selandia Baru – 74,2
Swedia – 71,3
Kanada – 70,9
Amerika Serikat – 70,8
Singapura – 69,2
Portugal – 69,1
Australia – 68,9
Belgia – 68,7
Filipina – 68,0
Inggris – 67,9
Indeks ini mengindikasikan bahwa negara-negara maju dengan kondisi pendukung yang kuat tidak kebal terhadap bias budaya yang berkaitan dengan wanita yang berwirausaha.
Di Selandia Baru, studi ini mengungkapkan bahwa masyarakat di negara tersebut cenderung kurang menerima kehadiran wanita pengusaha.
Meskipun demikian, wanita pemilik bisnis di Selandia Baru telah berkembang melampaui tantangan tersebut dan berhasil menduduki posisi teratas dalam studi ini selama dua tahun berturut-turut.
Indeks ini juga menunjukkan bahwa peluang berwirausaha belum tentu selaras dengan laju perkembangan ekonomi di sebuah negara.
Negara-negara berkembang seperti Ghana (46,4 persen) – salah satu dari tiga negara yang baru ditambahkan ke dalam Indeks bersama dengan Malawi dan Nigeria – Uganda (33,8 persen) dan Vietnam (31,3 persen) memiliki jumlah wanita pengusaha yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara maju.
Para wanita di negara-negara ini dianggap sebagai pengusaha yang didorong oleh kebutuhan untuk bertahan hidup, meskipun mereka kekurangan sumber keuangan modal dan akses terhadap layanan pendukung.
Persentase wanita yang memiliki usaha dibandingkan dengan keseluruhan pemilik usaha – 10 negara peringkat teratas
Ghana – 46,4%
Rusia – 34,6%
Uganda – 33,8%
Selandia Baru – 33,0%
Australia – 32,1%
Vietnam – 31,3%
Polandia – 30,3%
Spanyol – 29,4%
Rumania – 28,9%
Portugal – 28,7%
“Dalam rangka menyambut Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day), kami berharap bahwa temuan dari studi ini dapat menjadi pengingat bagi pemerintah dan organisasi untuk senantiasa meningkatkan dukungan mereka bagi para wanita pengusaha pemula dan pekerja wanita di seluruh bidang, mulai dari inklusi keuangan yang lebih baik maupun akses terhadap pendidikan yang lebih luas,” kata Ann Cairns, President, International Markets, Mastercard.
Temuan utama:
Apa yang membuat usaha yang sukses dapat bertahan?
Sebuah kombinasi yang kuat, mulai dari akses terhadap layanan dan produk keuangan; kemudahan dalam menjalankan bisnis; dukungan kuat bagi pelaku UKM dan tata kelola yang baik, seperti yang terlihat di Selandia Baru (74,2 poin; peringkat ke-1), Swedia (71,3; peringkat ke-2), Kanada (70,9; peringkat ke-3), Amerika Serikat (70,8; peringkat ke-4), dan Singapura (69,2; peringkat ke-5), yang menempati kelima posisi teratas dalam Indeks ini.
Kewirausahaan dianggap menjadi sebuah tiket bagi para wanita untuk mendapatkan peluang yang lebih baik, seperti yang ditunjukkan oleh negara-negara seperti Filipina (68,0; peringkat ke-9), Botswana (66,5; peringkat ke-14), Thailand (65,8; peringkat ke-15), Polandia (65,4; peringkat ke-19) dan Kosta Rika (65,0; peringkat ke-20).
Meskipun kondisi pendukung bagi para wirausahawan di negara-negara ini tidak terlalu kondusif, namun mereka memiliki perwakilan yang kuat dari wanita yang berperan sebagai pemilik usaha, kaum profesional, dan pekerja teknis, sehingga memberikan warna bagi lanskap kewirausahaan lokal serta menghormati status para wirausahawan yang sukses.
Korea (dengan peningkatan skor dari 53,2 menjadi 57,2; peringkat ke-44) tercatat sebagai negara dengan peningkatan tertinggi dalam skor Indeks, didorong oleh peningkatan pada aktivitas-aktivitas kewirausahaan.
Selain itu, pertumbuhan lanskap bisnis yang dimiliki oleh para wanita di Korea juga turut dipengaruhi oleh persepsi positif terhadap eksekutif wanita yang sukses dan munculnya upaya-upaya untuk mencapai kesetaraan gender.
Kemajuan wanita pengusaha terhambat oleh setidaknya satu penghalang atau lebih. Hal ini terjadi hampir di seluruh 57 negara yang disurvei. Hambatan-hambatan ini sebagian besar disebabkan oleh persepsi mengenai bias gender, yang berkontribusi terhadap penerimaan sosial dan budaya yang rendah, kurangnya rasa percaya diri dan akses terhadap bantuan finansial atau modal usaha.
Faktanya, kurangnya rasa percaya diri dapat sangat menghalangi para wanita dari keinginan mereka untuk memulai bisnis. Pada negara-negara seperti Belgia (25,5; peringkat ke-22), Jerman (25,3; peringkat ke-24), dan Inggris (25,0; peringkat ke-27), persentase kepemilikan bisnis oleh wanita cenderung lebih rendah dibandingkan dari apa yang diekspektasikan, terlepas dari fakta bahwa negara tersebut memiliki sistem regulasi yang efisien dan akses yang tinggi terhadap sumber daya.
Namun, keinginan kuat pada akhirnya akan membuka jalan, pada negara-negara dimana para wanita menjalankan usahanya karena terdorong oleh kebutuhan seperti di Indonesia (62,4; peringkat ke-30), Ghana (61,5; peringkat ke-33), Brazil (61,1; peringkat ke-35), Meksiko (60,2; peringkat ke-38), Uganda (57,6; peringkat ke-43) dan Nigeria (56,4; peringkat ke-45), wanita sama halnya dengan pria cenderung berwirausaha pada sektor informal yang tidak terlalu berbasis pada teknologi, berskala kecil dan dalam bentuk bekerja untuk diri sendiri.
Meskipun negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika seperti Uni Emirat Arab (49,5; peringkat ke-49), Tunisia (45,2; peringkat ke-51), dan Arab Saudi (39,3; peringkat ke-54) memiliki skor yang relatif rendah dalam Indeks ini, tetapi mereka justru mencatat ekspektasi pertumbuhan rata-rata tertinggi di kalangan wanita, yaitu sebesar 37%.
Lebih dari setengah wanita yang berwirausaha di Uni Emirat Arab dan Tunisia diprediksi akan mempekerjakan enam orang atau lebih dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Sementara itu, wanita di Arab Saudi cenderung memiliki ambisi yang lebih tinggi untuk mengembangkan bisnis mereka dibandingkan pria.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.