Sektor Pariwisata dan Jasa Diyakini Tak Terkena Imbas Perang Dagang Amerika-China
"Jadi sektor ekonomi masih banyak di luar perdagangan barang yang prospek cerah dan pertumbuhannya kencang," kata Lembong.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnrws.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong meyakini hanya sektor perdagangan yang terkena imbas perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang saat ini terjadi.
Sementara, sektor ekonomi lain seperti jasa dan pariwisata relatif tidak terkena dampaknya.
"Banyak sekali hubungan ekonomi kita di sektor jasa, pariwisata nggak kena dampak dari perang dagang ini, itu masih terkonsentrasi ke perdagangan barang," kata Thomas Lembong saat ditemui di kawasan Karet Kuningan, Jakarta Pusat, Kamis (5/3/2018).
Sektor-sektor yang terkena dampak ini disebutkan Thomas Lembong tengah mengalami pertumbuhan pesat.
Seperti pariwisata tumbuh 15 sampai 20 persen, lalu dari sektor hiburan seperti industri film juga meningkat 15 sampai 20 persen per tahun.
"Jadi sektor ekonomi masih banyak di luar perdagangan barang yang prospek cerah dan pertumbuhannya kencang," kata Lembong.
Sektor perdagangan barang sangat terkena imbas dari perang dagang karena Cina dan Amerika adalah mitra dagang besar untuk Indonesia.
Baca: Aturan Ganjil Genap Kini Diberlakukan di Ruas Tol Jagorawi
Baca: Pengusaha Truk dan Karoseri Wajib Tahu, Kini Kemenhub Batasi Muatan dan Perketat Dimensi
"Cina adalah mitra dagang nomor 1 indonesia tujuan ekspor kita nomor 1. Di lain sisi Amerika ada peran penting bagi ekonomi Indonesia seperti coca-cola sampai Freeport, jadi harus kita cermati betul perkembangan perang dagangnya," ucap Thomas Lembong.
Lebih lanjut mantan menteri perdagangan itu menerangkan, dampak negatif yang diterima Indonesia karena perang dagang Cina dan Amerika adalah menurunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dapat menimbulkan penurunan investasi.
"Yang jelas dengan perkembangan perang dagang ini bursa saham anjlok, pasar modal ambruk ya, dan itu bisa akibatkan sentimen investasi buruk," pungkas Lembong.