Farallon Capital Mengincar Saham Mayoritas Bank Permata
ASII juga tidak pernah mendapat kabar mengenai kemungkinan penjualan saham Standard Chartered di Bank Permata kepada Farallon Capital.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Agung Jatmiko
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sektor perbankan Indonesia tampaknya begitu diminati. Masuknya bank-bank asing, merger antara bank asing dan bank swasta domestik maupun pembelian saham bank nasional oleh investor asing bisa menjadi suatu indikator yang menegaskan predikat perbankan Indonesia yang masih diminati.
Yang terbaru, ada kabar bahwa perusahaan investasi asal Amerika Serikat (AS), Farallon Capital Management L.L.C berniat membeli kepemilikan Standard Chartered PLC di PT Bank Permata Tbk (BNLI).
Mayoritas saham BNLI dimiliki oleh Standard Chartered PLC dan PT Astra Internasional Tbk (ASII) dengan kepemilikan masing-masing sebesar 44,56%, sementara sisanya 10,88% dimiliki publik.
Baca: Lagi, 12 Warga Cicalengka Tewas Usai Pesta Miras Jenis Gingseng
Menurut sumber Kontan.co.id, Farallon Capital ingin masuk ke Bank Permata dengan membeli 44,56% saham dimulai dengan saham yang dimiliki oleh Standard Chartered.
Perusahaan yang berbasis di San Francisco, AS ini bahkan dikabarkan telah melakukan pembicaraan awal dengan Standard Chartered di London.
Operasional Standard Chartered di Indonesia sendiri saat ini terbagi dua antara cabang yang dimiliki sepenuhnya, yaitu Standard Chartered Indonesia dan kepemilikannya di BNLI.
Baca: Harga Emas Tak Goyang oleh Perang Dagang
Bank yang berbasis di Inggris ini pernah mengungkapkan keinginan agar operasionalnya di Indonesia diwakili oleh satu entitas saja.
Tahun lalu, Chief Executive Officer (CEO) Standard Chartered, Bill Winters, pernah mengungkapkan bahwa ada beberapa opsi yang bisa dilakukan untuk operasional Standard Chartered di Indonesia.
Kepada Financial Times tahun lalu, Winters mengungkapkan, Standard Chartered dapat menjual salah satu dari dua operasinya di Indonesia dan menginvestasikan hasilnya pada yang lain atau mendapatkan kendali dari Bank Permata dan menggabungkan kedua entitas tersebut.
Namun, saat itu ia membantah Standard Chartered akan menjual kepemilikan sahamnya di Bank Permata.
Sementara, dari ASII sendiri membantah kabar ini. Investor Relation ASII, Tira Ardianti mengungkapkan, tidak ada pembicaraan antara ASII dan Farallon Capital mengenai keinginan perusahaan asal AS tersebut membeli kepemilikan ASII di Bank Permata.
ASII juga tidak pernah mendapat kabar mengenai kemungkinan penjualan saham Standard Chartered di Bank Permata kepada Farallon Capital.
"Sepanjang pengetahuan saya tidak ada pembicaraan ke arah (penjualan saham) tersebut. Fokus utama kami adalah menjadikan Bank Permata sehat kembali. ASII dan dan Standard Chartered akan tetap support Bank Permata," ujar Tira kepada Kontan.co.id, Minggu (8/4/2018).
Baca: Sehabis Touring Jauh, Parts Apa Saja di Yamaha NMAX yang Sebaiknya Dicek dan Segera Diganti?
Baca: Harga Emas Tak Goyang oleh Perang Dagang
Hingga tulisan ini ditulis, belum ada konfirmasi langsung dari BNLI maupun Standard Chartered Indonesia. Kontan.co.id juga belum mendapatkan konfirmasi atas kabar ini dari Group Media Relations Standard Chartered PLC, Simon Kutner.
Kinerja BNLI sepanjang 2017 tergolong bagus, karena berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 748 miliar setelah mencatatkan rugi bersih tahun 2016 yang mencapai Rp 6,48 triliun.
Harga saham BNLI di bursa saham Indonesia (BEI) per Jumat (6/4) tidak mengalami perubahan dari hari sebelumnya, yakni di level harga Rp 580 per saham. Namun, jika dilihat sejak akhir tahun, harga saham BNLI telah turun 7,2%.