Selama 2017, TRIS Bukukan Penjualan Bersih Pasar Lokal Rp 188,94 Miliar
Tahun 2017 merupakan tahun yang penuh tantangan terutama untuk sektor ritel dengan melemahnya daya beli konsumen dan perubahan gaya hidup
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Trisula International Tbk (kode saham TRIS”) membukukan penjualan bersih untuk pasar lokal sebesar Rp 188,94 miliar pada tahun 2017, naik 15% dari tahun 2016 yaitu Rp 164,57 miliar di tengah belum pulihnya sektor ritel Tanah Air.
Peningkatan penjualan garmen seragam untuk pasar lokal juga memberikan kontribusi positif pada kinerja Perseroan.
Namun demikian, penjualan bersih ekspor terkoreksi 20,6% menjadi Rp 584,86 miliar dari tahun 2016 sebesar Rp 737,34 miliar seiring dengan penurunan permintaan global.
Dengan demikian, total penjualan Trisula pada tahun lalu turun 14,2% menjadi Rp 773,81 miliar dari tahun sebelumnya Rp 901,91 miliar.
Santoso Widjojo, Direktur Utama PT Trisula International Tbk menyatakan, pertumbuhan penjualan lokal bukan hanya dikontribusi dari sektor ritel, tapi juga penjualan garmen seragaman untuk pasar lokal.
Tahun 2017 merupakan tahun yang penuh tantangan terutama untuk sektor ritel dengan melemahnya daya beli konsumen dan perubahan gaya hidup terutama di kota besar di Indonesia.
"Selain itu juga ada dampak dari kenaikan UMK [upah minimum kabupaten/kota]," kata Santoso Widjojo dalam Public Expose di Jakarta, Senin (23/4/2018).
Uung Tjahja Putra, Direktur Keuangan Perseroan menyatakan, penurunan pasar ekspor merupakan salah satu penyebab penurunan laba bersih perusahaan sebesar 41,3% menjadi Rp 14,19 miliar dari tahun 2016 sebesar Rp 24,19 miliar.
Dari sisi posisi keuangan Perseroan, total aset Trisula pada tahun lalu turun 14,8% menjadi Rp 544,97 miliar dari tahun sebelumnya Rp 639,70 miliar, dan total kewajiban berhasil dipangkas hingga 35,6% menjadi Rp 188,74 miliar dari sebelumnya Rp 293,07 miliar seiring dengan turunnya pinjaman bank dan utang usaha. Ekuitas Perseroan juga naik 2,8 persen menjadi Rp 356,23 miliar dari sebelumnya Rp346,63 miliar.”
Uung menambahkan, tahun 2017 penjualan pasar ekspor masih dominan dengan kontribusi 76 persen dari total pendapatan bersih atau sebesar Rp 584,86 miliar, sedangkan pasar lokal menyumbang 24 persen atau Rp 188,94 miliar.
Santoso mengatakan peluang pertumbuhan bisnis tahun 2018 ini masih sangat besar seiring dengan target pertumbuhan ekonomi yang tinggi sebesar 5,4% dalam APBN, setelah tahun lalu tumbuh 5,07%.
Pendorong lainnya ialah perubahan perilaku konsumen yang mengarah ke gaya hidup dan belanja online, dimana sejalan dengan strategi bisnis Perseroan dalam mengembangkan bisnis online dengan cara memperbaiki sistem inventory management, menambah channel market place, serta memperkuat divisi penjualan online ini.
"Selain itu Perseroan juga terus memperbaiki kualitas produk dengan penawaran harga yang terjangkau, dan secara berkelanjutan melakukan terobosan inovasi produk baru sehingga dapat terus diterima di pasar yang semakin kompetitif," katanya.
Pada pertengahan tahun 2017, Perseroan meluncurkan teknologi Tekfit pada produk JOBB dan Jack Nicklaus.
Teknologi tekfit memberikan efek strech hingga 1,5 inche pada bagian kerah kemeja dan 2,5 inche untuk bagian waistband pada celana, sehingga efek tersebut memberikan kenyamanan yang sangat sempurna pada bagian perut serta leher.
Teknologi ini dapat ditemukan di kategori celana panjang dan kemeja berkerah untuk brand JOBB dan Jack Nicklaus.
Selain itu Perseroan juga secara berkala melakukan renovasi toko/counter dengan konsep terbaru yang bertujuan untuk memberikan atmosfir yg lebih fresh dan up-to-date.
"Hal ini dianggap penting karena toko offline ini selain sebagai point of sales, juga merupakan media marketing dalam menciptakan brand awareness dan memasarkan produknya," katanya.
Perseroan mengakui bahwa bisnis tahun 2018 masih penuh tantangan, terutama karena pertumbuhan ekonomi global yang belum tumbuh signifikan, daya beli masyarakat yang belum pulih benar, pelemahan nilai tukar rupiah atas dolar AS, kenaikan biaya impor, dan naiknya UMK, termasuk di Jakarta yang naik 8,7% dan Bandung naik 8,9%.
Santoso mengatakan guna mencapai target pertumbuhan bisnis tahun ini, Perseroan akan menerapkan strategi di antaranya memperkuat pasar internasional.
Penguatan ini dilakukan dengan memperluas pemasaran dan meningkatkan penjualan produk andalan yakni pakaian seragam, pakaian seragam fungsional, dan pakaian olahraga golf.
“Selain itu juga dilakukan peningkatan produktivitas dan efisiensi dengan meningkatkan kualitas SDM, pengadaan sistem otomatisasi dan implementasi teknologi terbaru guna mendapatkan produktivitas yang lebih tinggi demi menjaga kepuasan pelanggan dan memenangkan kompetisi pasar global, kata Santoso.
Trisula akan membagikan dividen sebesar Rp 5 per saham dari laba bersih 2017.
Sisa laba bersih dialokasikan untuk cadangan wajib dan laba ditahan, sesuai dengan yang telah diputuskan pada rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) Perseroan.
Dividen tersebut akan dibagikan kepada pemegang saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan pada tanggal 4 Mei 2018 pukul 16.00 WIB, dan akan dibagikan pada tanggal 25 Mei 2018 setelah dividen dipotong pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Selain dividen, Perseroan meminta persetujuan kepada pemegang saham terkait laporan tahunan untuk tahun buku 2017 dan pengesahan laporan keuangan konsolidasian untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2017, laporan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum perdana saham, serta rencana kerja tahun 2018.