Saham Telkom tetap menjadi pilihan investor
Riset yang dilakukan Narada Kapital untuk 18 April 2018 menyatakan Return on Equity (ROE) Telkom pada akhir tahun 2018 bisa mencapai 20%.
Penulis: Sanusi
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saham milik PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) tetap menjadi pilihan bagi investor yang akan berinvestasi di sektor Halo-halo karena operator itu menunjukkan tingkat profitabilitas yang tinggi dibanding emiten sejenis di sektor telekomunikasi yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Riset yang dilakukan Narada Kapital untuk 18 April 2018 menyatakan Return on Equity (ROE) Telkom pada akhir tahun 2018 bisa mencapai 20%.
ROE menunjukkan tingkat profitabilitas emiten mengacu pada tingkat pengembalian laba terhadap modal. Angka ROE yang tinggi menjadi salah satu indikator saham tersebut layak dikoleksi oleh investor .
"Kami melihat harga wajar saham Telkom pada 12 bulan mendatang akan berada di level Rp4,950. Masih terdapat potensi kenaikan harga saham Telkom sebesar 25,58% dari harga saat ini di level Rp3,690," sebut tulis Kiswoyo Adi dari Narada Kapital dalam kajiannya.
Baca: Pulang Pergi Jakarta-Parung Panjang, Bocah Ini Naik KRL Bermodal Rp 4.000 Demi Sekolah
Menurutnya, Telkom di tahun 2018 ini Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share/EPS)bisa tumbuh 12% dari EPS tahun 2017 sebesar Rp 219 menjadi Rp245 di akhir tahun 2018.
Baca: Berani Coba Test Drive Sepeda Listrik Roda Tiga? Buruan Datang ke IIMS 2018
Ditambahkannya, kemungkinan besar pada bulan Juli atau Agustus 2018 Telkom akan meluncurkan satelit terbarunya yaitu satelit Telkom 4. Total investasi keseluruhan untuk Telkom 4 sebesar US$190 juta.
Satelit Telkom 4 direncanakan membawa 60 transponder, sebanyak 36 transponder akan disewakan untuk kebutuhan domestik, sedangkan sisa 24 transponder akan dipasarkan untuk India. Satelit Telkom 4 dapat meningkatkan pendapatan dan net profit Telkom dari menyewakan transponder.
"Pendapatan dan net profit TLKM juga diprediksi akan meningkat selama masa lebaran, hal ini terjadi dikarenakan meningkatnya kebutuhan akan penggunaan telepon dan data seluler selama bulan lebaran," katanya.
Dalam catatan, sepanjang 2017 Telkom berhasil membukukan laba sebesar Rp22,1 triliun sepanjang 2017 atau naik 14,4% dibandingkan 2016 sebesar Rp19,35 triliun.
Sepanjang 2017 perseroan berhasil meraih pendapatan sebesar Rp128,3 triliun atau tumbuh sebesar 10,2% dibanding tahun 2016 sebesar Rp116,33 triliun.
Pertumbuhan Telkom ini diatas rata-rata industri yang low single growth dimana pesaingnya seperti Indosat dan XL tak mencatat kinerja double digit growth.
XL Axiata berhasil membukukan keuntungan sebesar Rp 375 miliar sepanjang 2017 turun tipis dibandingkan periode sama 2016 sebesar Rp 376 miliar.
Anak usaha Axiata itu sepanjang 2017 perseroan berhasil mraih pendapatan Rp 22,87 triliun atau naik 7% dibandingkan 2016 sebesar Rp 21,34 triliun.
Indosat encatat laba bersih sepanjang 2017 sebesar Rp1,135 triliun atau hanya tumbuh tipis 2,8% dibandingkan periode 2016 sebesar Rp1,105 triliun.
Anak usaha Ooredoo sepanjang 2017 perseroan berhasil membukukan pendapatan konsolidasian sebesar Rp29,92 triliun naik tipis 2,5% dibandingkan 2016 sebesar Rp29,184 triliun.
Tiga operator besar ini adalah penguasa 95% pasar seluler di Indonesia.