Ini Strategi Astra Hadapi Pelemahan Rupiah Terhadap Dolar AS
PT Astra International Tbk (ASII) melakukan lokalisasi terhadap produk otomotif dalam menyiasati volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Penulis: Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Astra International Tbk (ASII) melakukan lokalisasi terhadap produk otomotif dalam menyiasati volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Hal tersebut menyikapi seiring menguatnya Dolar AS belakangan ini yang menyentuh level Rp 13.919 per dolar AS, lebih tinggi dari asusmsi APBN 2018 di kisaran Rp 13.400 per dolar AS.
Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto mengakui, pihaknya sudah belajar dari krisis moneter di tahun 1998 dan pertengahan tahun 2.000an. Dengan melakukan lokalisasi tersebut, kata Prijono sangat membantu perseroan saat terjadi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Baca: Berburu Aneka Aksesoris Mobil dan Produk Audio Datang Saja ke Area PAHAMI
"Ini membantu (saat terjadi) pelemahan rupiah ke dolar AS. Kita beruntung lakukan lokalisasi, sehingga sekarang ini utilisasi factory Astra hampir dipakai semua," kata Prijono saat jumpa pers di Menara Astra Jakarta, Rabu (24/4/2018).
Baca: Bicara Soal PKI, Jokowi: Masa Ada Aktivis PKI Balita, Logikanya Ada Dimana?
Sementara itu Direktur Astra Henri Tanoto menambahkan, dengan melakukan lokalisasi komponen produk, hal itu tidak berimbas secara langsung ketika terjadi fluktuasi nilai tukar, karena biasanya bahan baku pembuatan kendaraan bermotor menggunakan komponen dolar AS.
Baca: Terkuak Honor Pertama Raffi Ahmad Rp 500 Ribu Seminggu Sekali
Selain itu, kata Henri saat terjadi pelemahan, Astra justru mengekspor produk otomotifnya ke sejumlah negara, dengan demikian, marjin keuntungan yang diperoleh perseroan dapat membantu penurunan di pasar domestik.
Baca: Saran Mahfuz Sidik: Jangan Koalisi yang Berpluang Kalah di Pilpres
"Produknya yang diekspor ke Filipina ini membantu rupiah yang sedang melemah," kata dia.
Sekadar gambaran, nilai tukar rupiah terus tertekan oleh penguatan dolar AS. Melansir Bloomberg, mata uang garuda menguat tipis ke level Rp 13.919 per dolar AS dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp 13.921 per dolar AS. Secara year to date, pelemahan rupiah menyentuh 2,74 persen.(*)