Pertumbuhan Ekonomi di Bawah Ekspektasi BI, Darmin: Jangan Harap Konsumsi Seperti Tahun 2010
"Jangan harapkan lagi (konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi) seperti tahun 2010-2011," kata Darmin
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Adinda Ade Mustami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal pertama tahun ini 5,06%, di bawah ekspektasi pemerintah dan Bank Indonesia yang masing-masing sebesar 5,2% dan 5,1%.
Salah satunya, karena pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang cenderung stagnan, hanya tumbuh 4,95% dibanding kuartal-I 2017 sebesar 4,94%. Padahal komponen ini merupakan penyumbang produk domestik bruto (PDB) terbesar Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, kondisi konsumsi rumah tangga saat ini memang hanya mampu tumbuh di level sekitar itu saat ini.
"Jangan harapkan lagi (konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi) seperti tahun 2010-2011," kata Darmin di kantornya, Senin, (7/5/2018).
Yang harus didorong, lanjut Darmin adalah investasi dan ekspor.
BPS mencatat, investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) kuartal-I 2018 sebesar 7,95%, jauh lebih tinggi dibanding kuartal-I 2017 yang hanya tumbuh 4,77%.
Namun ekspor tumbuh 6,17%, melambat dari kuartal pertama 2017 yang sebesar 8,41%. Apalagi impor sebagai faktor pengurang, tumbuh 12,75%, jauh lebih tinggi dari kuartal pertama 2017 yang hanya 4,81%.
Baca: Temui Belasan Wakil Sopir Truk di Istana, Jokowi Perintahkan Kapolri Berantas Preman dan Pungli
Baca: Harga All New Ertiga Akhirnya Keluar, Varian Terendah Rp 193 Juta.
Menurut Darmin, pertumbuhan investasi tersebut menjadi pertumbuhan yang paling baik dalam dua atau tiga tahun belakangan. Sementara ekspor, walau impornya lebih tinggi, harus dilihat lagi secara detail.
"Kelihatannya impornya cukup dominan ya bahan baku dan barang modal. Sehingga walaupun mengurangi tingkat kadar pertumbuhan, tapi kalau impor yang relatif tinggi itu isinya adalah barang modal dan bahan baku maka ke depan dampaknya positif," tambah dia.