Alasan Menteri BUMN Soal Kerugian PT PLN yang Tembus Rp 18 Triliun
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menampik jika PT PLN (Pesero) mengalami kerugian hingga Rp 18 triliun.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menampik jika PT PLN (Pesero) mengalami kerugian hingga Rp 18 triliun.
Rini menjelaskan peningkatan rugi bersih pada laporan keuangan kuartal III PLN sebesar Rp 18,46 triliun yang meningkat Rp 5,35 triliun dari kuartal II itu karena adanya Unrealized forex loss.
Unrealize forex loss adalah kerugian secara pembukuan akibat kenaikan kurs mata uang asing, namun tidak berdampak kepada arus kas atau cash flow.
"Tidak ada kerugian sebesar Rp 18 Triliun di PT PLN (Persero), yang dimaksud adalah unrealize forex loss," ujar Rini Soemarno melalui keterangan tertulisnya, Kamis (1/11/2018).
Pengaruh pelemahan mata uang tersebut memengaruhi laporan keuangan PLN karena ada kewajiban atau utang dalam bentuk dolar serta kontrak PLN dengan IPP (Independent Power Producer) yang dalam bentuk dolar.
Sehingga menyebabkan kalau kewajiban jangka panjangnya dihitung berdasarkan kurs sekarang ini, maka akan terjadi yang disebut unrealize forex loss.
Baca: PT PLN Rugi Rp 18,4 Triliun, Ini Kata Menteri Rini Soemarno
"Kalau PLN sekarang bayar kewajiban-kewajibannya, maka akan melonjak nilainya. Hanya saja kewajiban jangka panjang tersebut masih jauh masa jatuh temponya. Itulah kenapa disebut unrealize," papar Rini.
Sebelumnya, Dirut PLN Sofyan Basir juga mengatakan kerugian juga karena harga beli bahan bakar minyak (BBM) untuk produksi mengalami kenaikan, namun hal ini hanya faktor kecil dibandingkan selisih kurs.
"Jadi sampai sekarang belum ada pembicaraan dengan pemerintah soal kenaikan tarif, tidak ada," ucap Sofyan di Istana, Rabu (31/10/2018).
Tercatat, PLN mengalami rugi bersih hingga kuartal III 2018 mencapai Rp 18,46 triliun. Angka tersebut, naik dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar Rp 5,35 triliun.
Sementara dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, justru sebaliknya. Dimana, pada saat ini perusahaan pelat merah tersebut masih laba sebesar Rp 3,06 triliun.