Ajak Anak Muda Bikin Sendiri Furnitur Sederhana dari Bahan Kayu di Makerspace 'RuangQu'
Mereka diajari mengenal dan menggunakan peralatan kerjanya seperti alat bor, gerinda, gergaji, palu, dan obeng yang disediakan Stanley Black & Decker
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.CO, JAKARTA - Beberapa tahun terakhir di kota-kota besar seperti Jakarta berkembang tren 'do it yourself' atau biasa disingkat DIY. Ini adalah tren positif di mana orang berusaha mengerjakan sendiri kebutuhan furnitur sederhana atau kebutuhan memperbaiki furnitur dan peralatan di rumah yang rusak dengan memperbaiki sendiri tanpa perlu memanggil tukang.
Tren ini didukung oleh makin banyak tersedianya tools atau peralatan kerja yang mendukung kebiasaan kreatif tersebut dengan hasil dan mutu kerja yang kalah dengan yang dihasilkan oleh ahlinya, para tukang kayu.
Tren do it yourself ini terasa magnet kuatnya di produk-produk woodworking. Beragam tools yang kini tersedia di toko-toko perkakas dan juga di marketplace atau toko online, membuat siapa saja bisa menjadi tukang kayu untuk dirinya sendiri.
Melihat tren itu, Marques Haynes Darmawan, mendirikan sebuah open space untuk mengasah keterampilan pertukangan kayu dengan memanfaatkan peralatan kerja yang tersedia di pasar, dengan nama RuangQu.
RuangQu ini dibuka di Gregor's Cafe, sebuah tempat nongkrong dan makan berukuran lumayan luas di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara, dan menggandeng Stanley Black & Decker, sebuah merk perkakas dan alat pertukangan profesional dari AS.
RuangQu resmi dibuka Sabtu (10/11/2018) dan langsung diawali dengan kegiatan workshop wood working bersama belasan peserta.
Marques Haynes Darmawan mengatakan, di RuangQu siapa saja bisa belajar menjadi tukang kayu, antara lain membuat furnitur sederhana seperrti membuat lemari anak, rak sepatu, rak buku hingga hiasan dinding untuk tempat aksesoris rumah atau pot-pot kini dengan dikerjakan sendiri tanpa mengikutsertakan tukang profesional.
Mereka diajari mengenal dan menggunakan peralatan kerjanya seperti alat bor, gerinda, gergaji, palu, dan obeng yang disediakan oleh Stanley Black & Decker Indonesia.
Inisiatif ini menurut Marques Haynes Darmawan merupakan upayanya bersama koleganya menumbuhkan ekonomi kreatif. Makin banyak orang bisa membuat, mereparasi produk berbasis kayu secara mandiri, baik sendiri-sendiri maupun secara berkelompok dalam komunitas.
“Jika anak muda diberi kesempatan untuk belajar lebih dalam mengenai DIY, akan hadir berbagai produk inovatif bernilai ekonomi. Hadirnya kelas DIY akan memfasilitasi mereka untuk belajar langsung mengenai cara membuat produk sederhana dan bagaimana menggunakan tools dengan aman,” ungkap Marques Haynes Darmawan.
"Tren DIY memang cenderung makin meningkat di Indonesia. Di luar negeri profesi tukang kayu sangat dihargai. Di sini rasa ingin tahu orang meningkat. Selama saya mengadakan kelas pelatihan wood working 30-40 persen pesertanya adalah masyarakat awam," ungkap Marques Haynes Darmawan.
"Ada peserta dari kalangan ibu ibu, sengaja ikut kelas ini karena ingin bisa membetulkan sendiri furnitur di rumah kalau ada yang rusak," sebutnya.
Marques Haynes Darmawan menyatakan, dirinya terjun di wood working bermula dari hobi yang dia rintis sejak tahun lalu lalu.
Haynes kemudian mencoba menularkan hobinya itu dengan membuat video tutorial dan membuka channel di YouTube sejak tiga tahun terakhir.
Dia sudah membuat beragam video tutorial di kanal YouTube-nya. Antara lain turtoriel cara membuat lemari anak, aneka mainan anak, rak buku dan lain lain.
Haynes juga mengunggah juga foto foto wood working karyanya di akun Instagram.
Baca: Enam Produk Perawatan Kendaraan Genuine Ini Bikin Mobil Mitsubishi Selalu Oke dan Kinclong
Gunadi Karim, salah satu owner Gregor’s Café menyatakan pihaknya ingin mendorong tumbuhnya industri kreatif melalui penyediaan open space RuangQu di kafe yang dikelolanya.
Selain menikmati berbagai menu kuliner di kafenya, pengunjung juga dapat mencoba berbagai peralatan dari Stanley Black & Decker untuk membuat produk furnitur sederhana.
Country Director Stanley Black & Decker Indonesia, King Hartono Hamidjaja, ini merupakan konsep memasarkan tools dengan pendekatan workshop dan komunitas kedua yang didirikan.
Workshop pertama sudah beroperasi di Kota Depok dan rajin menggelar kelas workshop reguler untuk keterampilan wood working.
Baca: Data Lengkap Insiden Kecelakaan Lion Air dari Tahun ke Tahun
“Sebagai produsen peralatan, SBD mendukung semangat generasi muda dalam mengembangkan industri kreatif.
Khusus untuk kali ini, kita mendukung kolaborasi antara RuangQu dan Gregor’s Café dengan menyediakan berbagai keperluan tools untuk kelas DIY,” ungkap King Hartono Hamidjaja.
"Di workshop ini diajarkan bagaimana menggunakan alat dengan benar. Kita pernah membuka kelas rutin di Bandung. Setelah ikut kegiatan, peserta dari kalangan ibu-ibu bisa membuat sendiri tempat tisu dan tempat alat tulis dari kayu dengan menggunakan produk tools dari kita," ujar King.
"Lewat workshop ini barang barang berbasis kayu yang dikreasikan bisa tampil lebih variatif dan ini akan bisa memunculkan ekonomi kreatif. Buat anak muda yang menjadi peserta, mereka bisa mendapat tambahan ilmu di dunia perkayuan," imbuhnya.
King menyatakan, selama ini pihaknya memasarkan beragam produk tools di beberapa situs e-commerce, seperti di Lazada dan Blibli.com.
Penulis: Choirul Arifin