Pendalaman Pasar Keuangan Jadi Kunci Hadapi Gejolak
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan Hoesen mengibaratkan, kondisi pasar keuangan Indonesia seperti kolam yang masih dangkal.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, SOLO — Bursa saham domestik masih rentan mengalami risiko arus modal keluar seiring masih tingginya ketidakpastian ekonomi global.
Untuk itu, pendalaman pasar keuangan dengan memperluas basis investor, menambah jumlah perusahaan tercatat dalam negeri menjadi kunci mengatasi gejolak.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan Hoesen mengibaratkan, kondisi pasar keuangan Indonesia seperti kolam yang masih dangkal.
Sehingga ketika ada tekanan dari eksternal, membuat kolam tersebut lebih rentan terkena goncangan.
Tak bisa dimungkiri, saat ini Indonesia memang masih sangat tergantung pada investor asing, hal tersebut terlihat dari arus transaksi modal pada investasi portofolio pada surat berharga negara (SBN). Tercatat, saat ini porsi investor asing mencapai 37,12 persen dari total outstanding SBN.
Selain itu, bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve diperkirakan masih akan kembali menaikkan suku bunga acuannya di 2019. Hal tersebut, menyebabkan arus modal keluar dari negara-negara emerging, termasuk Indonesia.
“Pasar kita dinilai tidak dalam, komentar dari pihak manapun mengenai Indonesia punya potensi bagus, demografinya bonus, tapi pasar masih dangkal,” kata Hoesen, saat acara media gathering Pasar Modal di Solo, Jawa Tengah, Jumat (16/11/2018).
Baca: Hendi Sebut Pemkot Punya Opsi Obligasi Hingga Melantai di Bursa Saham
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, Inarno Djajadi mengatakan, bursa telah menyiapkan beberapa insiatif yang akan dilakukan di tahun depan yang sifatnya lebih ke pendalaman pasar dengan memperluas basis investor domestik, sehingga, ketika ada risiko arus modal keluar, pasar saham dalam negeri akan tetap stabil.
Inisiatif yang akan dilakukan bursa itu misalnya melalui aturan mengenai pendaftaran elektronik (e-registration), tujuannya, untuk mendukung efektivitas dan efisiensi dalam bertransaksi.
Selain itu, bursa juga akan menerapkan mekanisme electronic bokbuilding dalam penawaran umum perdana saham di tahun depan.
Dengan sistem ini diyakini akan menjadi pendorong investor ritel untuk memiliki porsi saham lebih besar dalam penawaran umum.
“Sehingga kalau ada penurunan indeks akan didukung produk yang lebih variatif,” ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.