Kompetensi SDM yang Rendah Jadi Tantangan Menghadapi Era Industri 4.0
Pelaku industri makanan minuman diajak melakukan inovasi produk, mengutiliasi strategi bisnis secara digital
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berdasarkan observasi Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), tren pertumbuhan industri makanan minuman hingga akhir tahun dapat mencapai sekitar 8-9 persen.
Ini didorong pertumbuhan makro ekonomi Indonesia masih bisa dipertahankan di atas 5 persen, adanya pertambahan penduduk yang setiap tahun mencapai di atas Rp 4 juta per tahun, tren perubahan gaya hidup terutama di perkotaan.
"Juga adanya dukungan pemerintah melalui percepatan belanja konsumsi pemerintah dan tambahan belanja dalam masa kampanye Pilpres dan Legislatif menuju 2019,” kata Adhi S Lukman, Ketua Umum GAPMMI di Jakarta, Kamis (29/11/2018).
Adhi mengatakan, saat ini sebagian industri pangan besar mulai berbenah menuju penerapan era industri 4.0.
Adhy mengingatkan beberapa tantangan yang sebaiknya terus diawasi oleh para pelaku industri makanan minuman saat beradaptasi dengan era Industri 4.0.
"Seperti kapasitas SDM yang masih rendah kompetensinya, kurangnya penyedia teknologi, infrastruktur koneksi yang belum memadai di banyak area, keamanan data, rendahnya dana inovasi, serta belum memadainya regulasi pendukung," katanya.
Ia mengingatkan, pelaku industri makanan minuman untuk terus melakukan inovasi produk, mengutiliasi strategi bisnis secara digital, serta mempertimbangkan dampak lingkungan yang mungkin tercipta akibat proses bisnis.
Tetra Pak Hadapi Making 4.0
Guna mempersiapkan dan mempercepat implementasi roadmap ‘Making Indonesia 4.0’, terdapat sejumlah solusi bisnis utama yang telah disediakan oleh Tetra Pak Indonesia dalam membantu pelaku industri makanan minuman di masa depan.
Sejumlah solusi bisnis utama tersebut adalah pemrosesan, layanan pemrosesan berbasis traceability mulai dari bahan baku hingga produk akhir di tangan konsumen yang terintegrasi dengan lini produksi melalui Tetra Pak PlantMaster.
"Ini sebuah sistem kontrol total untuk memastikan adanya konsistensi hasil produksi dan terjaganya kualitas serta keahlian perusahaan dalam memproses produk minuman, keju, yogurt, es krim, kelapa, dan lainnya," kata Paolo Maggi, Managing Director of Tetra Pak Indonesia.
Pengemasan berupa solusi Dynamic QR Code yang dapat menyesuaikan secara mudah setiap promosi dan pemasaran para pelaku industri makanan minuman tanpa harus mengganti QR Code yang telah tercetak dalam kemasan produk; dan terakhir.
Baca: Hadapi Revolusi Industri 4.0 PPSDM Migas Lakukan FGD
Kemudian Layanan Perbaikan dengan teknologi Microsoft HoloLens guna menghubungkan tim ahli Tetra Pak global dengan teknisi lokal untuk menangani kerusakan mesin secara cepat dan akurat.
Teknologi Microsoft HoloLens memungkinkan teknisi ahli Tetra Pak Global untuk melakukan layanan perbaikan seperti kerusakan pada mesin pabrik secara virtual tanpa adanya kunjungan fisik di lokasi tertentu.
Digitalisasi dan pertukaran data (big data) di pabrik dan keseluruhan lini produksi harus diperhatikan oleh pelaku industri makanan dan minuman agar dapat memenangkan persaingan masa depan.
“Hal tersebut merupakan cara cerdas dalam penggunaan teknologi digital untuk melakukan efisiensi dan menekan biaya operasional di pabrik, serta meminimalkan downtime (kerusakan mesin) dan meningkatkan kualitas serta profitabilitas,” kata Paolo.
Tetra Pak Indonesia juga menerapkan prinsip bisnis ekonomi melingkar (circular economy) dimana kemasan produk yang digunakan akan dikumpulkan, dipilah, disortir, dan diolah menjadi produk daur ulang yang memiliki nilai guna tambahan.
Secara global, Tetra Pak telah memiliki komitmen jangka panjang untuk mendaur ulang kemasan karton. Sedangkan di Indonesia, pada 2017 lebih dari 100 ribu atap dan partisi rumah telah dibuat dari bahan hasil daur ulang dari Kemasan karton Tetra Pak.
Produk daur ulang ini juga digunakan untuk membuat bahan furnitur dan kertas daur ulang. Dalam 2 tahun terakhir lebih dari 50.000 anak sekolah telah di edukasi mengenai pentingnya pemilahan dan daur ulang sampah kemasan.
Terkait bahan baku terbarukan, Tetra Pak menggunakan bahan karton kemasan yang berasal dari kertas dan bahkan tebu (bahan baku terbarukan) sebagai pengganti material plastik untuk tutup kemasan.
Bahan kemasan karton Tetra Pak juga berasal dari hutan yang disertifikasi oleh Forest Stewardship Council ™ (FSC ™), badan sertifikasi global yang memastikan bahwa bahan Kemasan Tetra Pak diambil dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab, salah satunya melalui penanaman kembali pohon setelah ditebang.