Setelah Defisit, Neraca Pembayaran Diperkirakan Akan Surplus di Kuartal IV-2018
Perry mengimbau agar tak terlalu khawatir dengan kondisi CAD. Alasannya, hal tersebut harus dilihat lebih utuh melalui neraca pembayaran Indonesia.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Grace Olivia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) periode Desember memprediksi neraca pembayaran Indonesia (NPI) untuk kuartal-IV 2018 bakal mencetak surplus. Besarnya aliran modal asing yang masuk ke dalam negeri sejak November diyakini menjadi salah satu faktor utamanya.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, sebelumnya memang menyatakan, kondisi defisit transaksi berjalan alias current account defisit (CAD) di kuartal terakhir tahun ini bakal melebar. Sebab, neraca dagang bulan November saja mengalami defisit mendalam sebesar US$ 2,05 miliar.
"Ya, jangan terlalu kaget kalau di kuartal IV itu (CAD) bisa sedikit di atas 3% dari PDB. Tapi, karena kuartal pertama itu CAD rendah 1,7% dari PDB, maka keseluruhan tahun 2018 kami perkirakan (CAD) masih di sekitar 3% dari PDB," ujar Perry saat jumpa pers usai RDG BI Kamis (20/12/2018) lalu.
Perry mengimbau agar jangan terlalu khawatir dengan kondisi CAD. Menurut Perry, kondisi harus dilihat secara lebih utuh melalui neraca pembayaran Indonesia (NPI).
Baca: Perjuangan Hidup-Mati Willy Siska Selamatkan 2 Anak di Papan Kayu Saat Tsunami Menerjang Anyer
Derasnya aliran modal asing yang masuk ke pasar domestik (capital inflow) sejak awal November membuat BI optimistis dengan NPI kuartal IV. "Secara keseluruhan di 2018, khususnya di kuartal IV, surplus dari neraca modal dan finansial akan lebih tinggi dari CAD, sehingga di kuartal IV ini NPI akan surplus," tandas Perry.
Baca: Liriknya Disebut Jadi Kenyataan, Sederet Musikus Akui Kekuatan Magis Lagu Seventeen 'Kemarin'
BI mencatat, sepanjang November aliran modal asing yang mengguyur pasar sebesar US$ 7,9 miliar. Inflow terjadi hampir di semua jenis aset keuangan, mulai dari Surat Berharga Negara (SBN), pasar saham, serta penerbitan obligasi korporasi global.
"Inflow itu belum memperhitungkan penerbitan obligasi global yang diterbitkan pemerintah karena itu di awal Desember," kata Perry.
Baca: Dituding Tak Berempati atas Duka Ifan Seventeen, Ariel Noah Heran dan Buat Pengakuan Ini
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menambahkan, besarnya inflow yang terjadi di November akan berlanjut di Desember. Apalagi, obligasi global yang diterbitkan pemerintah nilainya mencapai US$ 3 miliar. "Jadi, ini untuk pertama kalinya di tahun 2018, neraca pembayaran kembali surplus," ujar Mirza.
Asal tahu saja, kuartal I-2018 neraca pembayaran Indonesia defisit US$ 3,9 miliar. Kuartal kedua dan kuartal ketiga pun makin lebar, masing-masing mencatat defisit US$ 4,3 miliar dan US$ 4,4 miliar.
Mirza menyebut, tren neraca pembayaran yang surplus mungkin saja berlanjut hingga 2019. Terutama setelah bank sentral AS mengubah proyeksi kenaikan suku bunganya menjadi dua kali.
"Kalau kemudian sentimen positif di market terus berlanjut, maka neraca pembayaran ke depan sangat mungkin lebih baik dan CAD sendiri bisa mencapai 2,5% dari PDB," ucap Mirza.