Kondisi Ekonomi Membaik, RELI Sarankan Investor Tambah Investasi
Lembaga Morgan Stanley menyebut, pasar saham Indonesia diyakini memasuki periode bullish pada 2019.
Penulis: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga Morgan Stanley menyebut, pasar saham Indonesia diyakini memasuki periode bullish pada 2019.
Alasannya, dalam tiga bulan terakhir kinerja indeks MSCI Indonesia menunjukkan kinerja yang lebih unggul ketimbang Asia di luar Japan (AxJ) dan Emerging Market sampai dengan 20 persen.
Dengan kondisi tersebut, valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami perkembangan dari posisi terendahnya di 13,2 kali di 18 Oktober 2018 menjadi 14,5 kali saat ini. Sepanjang tahun ini diperkirakan indeks akan bisa menguat sampai dengan 9 persen.
Ada lima alasan indeks acuan global masih tetap optimis dengan pasar saham dalam negeri. Pertama, stimulus pemilu yang akan berlangsung tahun ini dinilai akan meningkatkan konsumsi.
Alasan kedua, koreksi harga minyak yang terjadi sejak September lalu sampai dengan 36 persen. Kondisi ini akan mengurangi tekanan defisit transaksi berjalan Indonesia.
Ketiga, harga minyak yang lebih rendah juga akan menurunkan potensi kenaikan harga bahan bakar paska pemilu nanti dan akan berdampak pada konsumsi yang menjadi sumber pendapatan perusahaan.
Baca: Persebaya Kesulitan Cari Pengganti David da Silva
Faktor selanjutnya, dalam 12 bulan ke depan pertumbuhan pendapatan keempat emiten tersebut diperkirakan akan tumbuh dua digit. Terakhir, pertumbuhan pinjaman di tahun ini yang mulai bergeser dari sektor publik ke sektor swasta. Di lain sisi, diharapkan imbal hasil investasi dan ekspansi yang dilakukan oleh sektor swasta juga akan terlihat pasca pemilu.
Kepala Riset PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk (RELI) Lanjar Nafi menyampaikan, seiring dengan riset Morgan Stanley, kondisi dalam negeri memang lebih baik. Belum lagi, kebijakan pemerintah berupaya mengurangi porsi investor asing pada surat hutang negara atau obligasi ritel Indonesia, juga positif.
“Upaya ini guna mengurangi ketergantungan terhadap investor asing dan dampak dari penarikan dana asing yang mempengaruhi secara signifikan pada defisit angaran,” ujar Lanjar, kepada media, Jumat (11/1/2019).
Kata Lanjar, iInvestor asing dikurangkan pada obligasi dan mereka mulai terlihat masuk pada aset yang lebih risk taker atau beresiko seperti saham. Aksi beli investor asing terus terlihat sejak awal tahun ini.
Di sisi lain, kondisi ekonomi indonesia cukup baik. Seperti inflasi terkendali di angka 3,5 persen. Meskipun suku bunga mengalami trend positif. Pertumbuhan kredit juga masih double digit diatas 10 persen menurut survei untuk tahun 2019. Juga, GDP yang kuat di atas 5 persen.
Kemudian, agresifitas Bank Indonesia untuk intervensi rupiah dan mengurangi defisit anggaran. Belum lagi cadangan devisa yang terus di tingkatkan hingga terakhir tertinggi sejak 7 bulan terakhir.
“Oleh karena itu fund manager internasional tidak ragu sebut indonesia layak jadi tempat investasi di tahun ini,” tegas Lanjar.
Di tahun ini, tren investasi, juga akan positif meski masuk tahun pemilu. Tahun 2019 prospek investasi cukup baik, Dimana jika kita melihat historis 3 tahun pemilu kebelakang. IHSG terus tercatat return yang cukup tinggi. Secara akumulasi tahunan pada pemilu 2004 IHSG mampu naik 32,85 persen, Pemilu 2009 IHSG mengalami kenaikan sebesar 90,17 persen sedangkan pemilu 2014 naik 18,29 persen.