Kemahalan, Pengusaha Logistik Minta Pemerintah Turunkan Tarif Tol Trans Jawa
"Dengan komponen tol seperti itu kami merasakan adanya implikasi cost yang naik di struktur cost kami," ujar Nofrisel
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo ) Nofrisel mengatakan, penerapan tarif baru jalan tol Trans Jawa berdampak signifikan terhadap biaya struktur para pelaku usaha truk Indonesia.
Aptrindo berharap pemerintah bisa menurunkan tarif tol tersebut. Nofrisel memaparkan jika diakumulusi tarif jalan tol saat ini bisa mencapai Rp 1 juta lebih, angka tersebut naik dua kali lipat dibanding sebelumnya yang untuk biaya jalan tol hanya menelan Rp 500.000 hingga Rp 600.000.
"Dengan komponen tol seperti itu kami merasakan adanya implikasi cost yang naik di struktur cost kami," ujar Nofrisel, Rabu (6/2/2019).
Nofrisel menyatakan, dengan melalui jalur tol Trans Jawa, biaya operasional truk kian membengkak. Padahal, tarif tol mengambil peran cukup besar dari total pengeluaran logistik. "Kami sebagian melakukan tidak melewati jalan tol jadinya mereka milih jalur normal pantura," sebut Nofrisel.
Baca: BPS: Ekonomi Indonesia Tahun 2018 Tumbuh di Bawah Target APBN
Untuk biaya logistik, biaya jalur darat masuk dalam deretan termahal kedua setelah biaya jasa via udara.
Nofrisel menjelaskan, akan menjadi tidak efisien jika membangun tol di mana-mana tapi tidak diikuti ketersediaan barang, dengan begitu pasokan untuk barang akan terbatas, dan tentunya barang berkurang ongkos akan menjadi sangat mahal.
Baca: Amerika Serikat Ancang-ancang Jatuhkan Sanksi ke Perusahaan Telekomunikasi ZTE
Meskipun demikian, Nofrisel mewakili para pelaku usaha berharap kepada pemerintah untuk meninjau kembali tarif tol baru trans Jawa.
"Cost kami berkontribusi 39% dari total logistik untuk darat. Jadi kalau bisa menurunkan tarif pengaruhnya besar sekali, untuk itu asosiasi meminta tarif tol turun hingga 20%," katanya.
Reporter: Mochammad Fauzan