Standard Chartered Bank Luncurkan Program Futuremakers
Program ini akan berlangsung dari 2019 hingga 2023 dan menargetkan kaum muda, terutama remaja putri di seluruh dunia.
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Standard Chartered Bank meluncurkan sebuah inisiatif global yang diberinama Futuremakers.
Futuremakers merupakan sebuah inisiatif dari Standard Chartered Bank dalam bentuk pemberian pelatihan bagi kaum muda di negara-negara dimana Bank beroperasi.
Program ini akan berlangsung dari 2019 hingga 2023 dan menargetkan kaum muda, terutama remaja putri di seluruh dunia.
Ambisi Standard Chartered Group adalah menggalang dana sebesar USD 50 juta antara tahun 2019 – 2023 untuk mendukung generasi muda kita untuk Learn, Earn And Grow atau belajar, berpenghasilan, dan berkembang.
Sejumlah program pelatihan telah disiapkan, diantaranya pelatihan mengenai kepemimpinan, pengelolaan keuangan, serta pelatihan ketrampilan lainnya.
Untuk Indonesia sendiri, Bank menargetkan lebih dari 2.000 remaja dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang akan terlibat dalam program Futuremakers hingga akhir 2019.
Khusus untuk acara peluncuran hari ini, Bank mengundang 80 remaja puteri dari dua sekolah, yaitu SMP Negeri 5 dan SMK Negeri 27 Jakarta sebagai peserta awal. Kedelapanpuluh remaja puteri ini akan diberikan pelatihan yaitu My Rights dan Challenges to Saving.
My Rights berfokus pada menumbuhkan kesadaran bagi remaja puteri dalam mengenali hak-hak perempuan sebagai individu dan masyarakat. Challenges to Saving menumbuhkan pemahaman terhadap hambatan-hambatan dalam menabung dan tips-tips mengatasinya, serta pengelolaan keuangan.
Rino Donosepoetro, CEO Standard Chartered Bank Indonesia mengatakan, Futuremakers merupakan inisiatif global untuk menanggulangi isu kesenjangan dan mendorong inklusi finansial bagi kaum muda pada umumnya dan remaja putri pada khususnya di masyarakat .
"Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Bank, kami menemukan banyak sekali kasus, khususnya di Asia, Afrika, dan Timur Tengah, dimana kaum perempuan masih menjadi kelompok marjinal dan tidak memperoleh kesempatan yang sama dibanding kaum pria, khususnya dalam hal memperoleh pekerjaan. Ketidaksetaraan sosial dan ekonomi serta kesenjangan pendapatan adalah tantangan utama bagi sebuah negara untuk dapat memanfaatkan potensi ekonominya secara maksimal,” kata Rino.