IFEX 2019: Industri Furnitur dan Kerajinan Butuh Peran Lebih Pemerintah
Gelaran pameran furnitur dan kerajinan B2B (business to business) terbesar di Indonesia dan kawasan regional, Indonesia International Furniture Expo
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gelaran pameran furnitur dan kerajinan B2B (business to business) terbesar di Indonesia dan kawasan regional, Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2019, disambut antusias oleh para pelaku industri baik lokal maupun internasional.
Lebih dari 500 peserta yang berpartisipasi di IFEX 2019 antusias menyambut hajatan furnitur kelas dunia ini.
Eksistensi dan kualitas produk yang dijual dalam IFEX telah menjadi barometer bagi buyers untuk selalu hadir demi mendapatkan produk-produk berkualitas.
Menurut Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Ir. Soenoto, kekayaan alam dan SDM yang melimpah di Indonesia merupakan modal yang bagus untuk menciptakan produk furnitur dan kerajinan yang berkualitas.
Produk-produk Indonesia memiliki desain dan kreasi yang khas yang tidak ditemukan di negara manapun. Nyaris semua bahan baku di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk membuat furnitur dan kerajinan, salah satunya adalah rotan.
Potensi rotan di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia. Kelebihan ini harus dimanfaatkan menjadi energi untuk menghadirkan produk berkualitas dan menciptakan lapangan kerja baru.
Selain kekayaan sumber daya alam dan manusia, peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk mendorong kemajuan industri furnitur dan kerajinan. Tanpa regulasi yang tepat sulit bagi pelaku industri untuk berkembang.
Masalah regulasi ini mengemuka saat konferensi pers IFEX 2019 pada hari pertama kemarin (11/3). Soenoto menjelaskan bahwa pemerintah selama ini telah banyak berperan dalam mendorong kemajuan industri furnitur dan kerajinan.
Namun pemerintah harus lebih aktif memberikan kesempatan bagi pelaku industri furnitur dan kerajinan Indonesia untuk mendapatkan bantuan modal dan perluasan pasar karena impor furnitur dan kerajinan masih mendominasi. Pemerintah diharapkan membuat kebijakan baru supaya keran impor dibatasi demi menyelamatkan produk furnitur dan kerajinan Indonesia.
Ditambahkan Soenoto, pemerintah juga diharapkan bisa memberikan subsidi bagi pelaku industri furnitur dan kerajinan Indonesia. Salah satu subsidi yang dibutuhkan adalah terkait mesin-mesin produksi yang masih harus diimpor.
Menurut Soenoto, pelaku industri furnitur dan kerajinan di Indonesia adalah pengusaha kecil yang masih membutuhkan bantuan pemerintah untuk bisa bersaing secara global dengan produksi yang lebih banyak dan berkualitas tinggi.
Selain regulasi yang tepat sasaran, pelaku industri furnitur dan kerajinan di Indonesia dituntut untuk membuat desain produk yang lebih unik demi menarik investor atau pembeli. Saat ini buyers domestik dan luar negeri sangat kritis dalam memilih produk sehingga pelaku industri harus lebih kreatif.
“Kita wajib mengikuti tren yang berkembang di dunia, bahkan harus dapat menciptakan desain yang unik dan menciptakan tren tersebut,” ujar Soenoto.
Produk furnitur dan kerajinan Indonesia dikenal memiliki desain yang unik yang menjadi nilai tambah tersendiri. Namun para pelaku industri, menurut Soenoto, masih memerlukan pendampingan dan pelatihan untuk bisa menghasilkan produk kualitas dunia.