Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Jangan Mudah Mengatasnamakan Petani Peternak Tapi Membuat Menderita Banyak Orang

Di musim politik ini sejumlah orang mengaku sebagai perwakilan peternak dan petani, dan menggelar berbagai aksi yang justru merugikan kaum tani.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Jangan Mudah Mengatasnamakan Petani Peternak Tapi Membuat Menderita Banyak Orang
Kementerian Pertanian
Ilustrasi panen jagung 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Andi, peternak ayam mandiri di Kecamatan Cikalong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat merasa bingung dengan banyaknya orang mengatasnamakan petani akhir-akhir ini, padahal sikap dan statementnya tidak mewakili pikiran dan harapan petani.

Di musim politik ini sejumlah orang mengaku sebagai perwakilan peternak dan petani, dan menggelar berbagai aksi yang justru merugikan kaum tani dan menguntungkan pihak lain.

"Saya dan kawan-kawan sebagai petani dan peternak asli tidak tahu ada aksi-aksi itu, lagi pula di Cianjur saya bisa memastikan tidak ada yang diwakili dalam aksi-aksi petani, karena tidak tahu apa yang mereka persoalkan," kata Andi di Cianjur, Jumat (15/3/2019).

Menurut Andi, terkait usaha dirinya sebagai peternak, distribusi dan produksi jagung di Kabupaten Cianjur, sejauh ini termasuk yang paling aman dan stabil.

Karena itu, kebutuhan yang ada bisa mencukupi stok pakan untuk beberapa bulan ke depan.

"Jagung sebegitu banyak masih dibilang belum berdaulat juga oleh orang yang mewakili petani itu. Sesekali cek ke lapangan dan turun langsung ke kandang kami. Supaya jelas ada tidaknya suplai jagung dan pakan ayam yang dipersoalkan," katanya.

Menurut Andi, kelompok tani dan kelompok peternak yang jumlahnya ratusan ribu yang akan berteriak dulu bila ada kesulitan penjualan jagung atau kesulitan mendapatkan pakan.

Ilustrasi Peternakan Ayam
Ilustrasi peternakan ayam
Berita Rekomendasi

Beberapa minggu terakhir ini, banyak sekali kelompok mengatasnamakan petani dan peternak mencari dukungan dari pemangku hajat, sampai melibatkan kalangan akademisi dan pengamat yang berbicara ke publik bahwa peternak petani mengalami kesulitan berusaha dalam beberapa tahun ini.

Diklaim iklim usaha tidak kondusif, akibat banyaknya kebijakan yang tidak pro peternak kecil.

Sebagai pelaku peternak ayam mandiri, Andi menjelaskan untuk harga jagung di Cianjur termasuk stabil, karena berada di kisaran Rp 4.200 perkilo bulan ini.

Harga tersebut, kata Andi, jauh lebih murah ketimbang harga jagung pada tahun-tahun sebelumnya.

"Apalagi sekarang lagi musim panen raya, pasti harga jagung makin turun. Apalagi yang saya tahu sekarang Bulog terjun langsung menyerap jagung petani kita, sehingga makin tambah lancar aja sektor peternakan. Yang jelas harga jagung aman karena menggunakan produksi dalam negeri," katanya.

"Saat ini petani jagung sangat puas dan peternak senang", tambahnya.

Baca: Kisah Tiga Mahasiswa Indonesia Lolos dari Maut Setelah Berlindung di Rumah Penduduk Sekitar Masjid

Muatan Politis Jelang Pemilu
Sementara itu, Ketua Umum Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir, mengatakan berbagai demo ataupun suara mengaku-ngaku atau mengatasnamakan peternak dan petani menjepang pemilu ini, malah semakin mempertegas adanya muatan politik di tengah suasana perhelatan pilpres dan pileg tahun ini.

"Statement statment mereka itu sangat tendensius. Menurut saya, kalau dicari celanya dan kelemahan pemerintah, bisa saja di tahun politik ini dicari-cari yang kurang-kurang terus. Masalahnya kalau mau bicara pertanian itu sangat luas sekali. Nah, saat ini yang perlu diihat adalah nawaitunya apa. Kalau nawaitunya selalu ingin menjatohkan atau menyalahkan itu kan lain lagi," katanya.

Winarno menjelaskan, sektor pertanian biasanya dikenal dengan sektor yang paling luas.
Di sana, kata dia, ada yang disebut dengan pengamat, dosen dan pelaku-pelaku lain yang bergelut di bidang pertanian.

Ilustrasi Peternakan Ayam_1
Ilustrasi Peternakan Ayam

"Tapi sebagian pengamat dan dosen sering tidak merasakan apa yang dirasakan langsung peternak dan petani. Justru kalau menurut saya petani yang merasakan apa yang terjadi sesungguhnya. Beberapa Dosen dan pengamat yang lantang bicara itu sifatnya sebaikya hanya kasih masukan langsung ke pemerintah saja, jangan teriak teriak diluar", katanya.

Dikatakan Winarno, sebaiknya semua pihak mampu meredam diri, tanpa membuat gaduh dan menimbulkan tafsiran lain di masyarakat bawah.

Kalaupun mau berbicara, bicaralah dengan menggunakan data.

"Menurut saya di tahun politik ini harus bisa menunjukkan data yang valid. Pemerintah termasuk Kementan kan pasti lengkap sekali informasinya. Bahkan terakhir ini kita sering ekspor. Jadi sebaiknya pihak yang mengkritik juga memakai data resmi," katanya.

Jika mengacu pada data, impor jagung pakan pada 2014 mencapai senilai 3,5 juta dolar AS. Atau setara dengan 10 miliar.

Namun kemudian Pemerintah membatasi impor jagung secara mendadak.

Selanjutnya pada 2017 dan 2018 Indonesia membalikkan keadaan dengan mengekspor 380 ribu ton jagung.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas